Maka dipintal serat yang putih
Tali tahan seutuh hari
Maka Natal berarti kasih
Karna Tuhan menyentuh bumi.
(Gunawan Mohammad)
Perayaan Natal 2004 di tanah air berjalan dengan damai, sebagaimana diharapkan oleh semua orang baik umat kristiani maupun rakyat Indonesia pada umumnya. Penjagaan keamanan yang ketat di rumah-rumah ibadat di satu pihak merupakan unjuk tanggungjawab pemerintah atas hak rakyat untuk melaksanakan ibadat dengan aman. Namun sekaligus menandai belum terselesaikannya masalah kehidupan normal dalam masyarakat warga. Sekuritas memang tidak murah, baik untuk pemerintah maupun untuk masyarakat warga. Dana yang terpaksa dikeluarkan seharusnya bisa disalurkan untuk pengembangan dan pemberdayaan rakyat yang lebih luas.
Natal bukanlah hari ulang tahun Yesus, melainkan “Hari Tuhan menyentuh bumi.” Dalam homili natalnya, Bapa Suci Yohanes Paulus II bahkan mengingatkan umat kristiani pada umumnya dan umat katolik pada khususnya hubungan erat antara kelahiran Yesus dengan Ekaristi.
“Penghormatan akan Kanak-Kanak Yesus, pada Malam Suci ini, menjadi penghormatan akan Ekaristi,” begitu kata Paus. Umat kristiani merayakan Yesus yang lahir lewat teropong Yesus yang sudah bangkit. Oleh karena itu perayanaan Natal tidak boleh berhenti pada pesta-pesta yang menekankan aspek lahiriah saja, melainkan harus masuk ke ROHnya, ke inti pesan yang mau disampaikan.
Ketika umat kristiani datang bersujud di depan kanak-kanak Yesus, dalam hatinya bergema madah pujian ekaristi “Adoro Te devote, latens Deitas” (Allah yang Tersembunyi, Dikau kusembah). Memang, Yesus sebagai “Tuhan yang menyentuh bumi” tidak lain adalah Roti yang turun dari surga, yang memberikan makanan bagi dunia manusia.
Bila Tuhan menyentuh bumi, maka bumi bukan lagi bumi. Kendati suka dan duka masih tetap mewarnai, di bumi ini pun surga telah mulai.
“Ingatlah kami, ya Anak Allah yang kekal, bahwa dalam rahim perawan Maria lah Engkau telah menjelma! Dunia manusia seutuhnya, yang mengalami banyak percobaan dan kesulitan, membutuhkan Dikau. Tinggallah beserta kami, ya Roti Hidup yang turun dari Sorga untuk keselamatan kami! Tinggallah beserta kami, senantiasa. Amin!”
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.