MIRIFICA.NET – Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (Komisi Komsos KWI) menggelar pelatihan menulis online. Program ini merupakan pelatihan lanjutan yang sebelumnya juga diselenggarakan Komsos KWI pada bulan Mei lalu, saat memeringati Hari Komunikasi Sedunia ke-54.
Sekretaris Eksekutif Komisi Komsos KWI, RD Anthonius Steven Lalu, menyampaikan pelatihan kali ini lebih mendalam untuk menghasilkan penulis-penulis yang produktif. Para peserta diharapkan dapat memanfaatkan berbagai media katolik maupun media umum saat mengirim karya tulisan mereka.
Peserta yang mendaftar 32 orang, yang berasal dari berbagai keuskupan di Indonesia. Ada peserta dari Jakarta, Bogor, Solo, Banjarmasin, Tanjungkarang, Pontianak, Kupang, dan berbagai daerah lainnya. Sebagian besar peserta sudah mengikuti pelatihan sebelumnya yang juga diselenggarakan oleh Komisi Komsis KWI. Mereka sangat setia mengikuti pelatihan tahap kedua tersebut, dan dengan semangat pula mengerjakan tugas latihan menulis setiap minggu.
“Pelatihan kali ini diarahkan untuk memperdalam kemampuan menulis dan menghasilkan karya tulisan yang berkualitas. Target pertama, peserta bisa menulis untuk website KWI (mirifica.net) yang dapat dijadikan sebagai wadah untuk berlatih menulis berita, essay, opini, feature maupun refleksi,” kata Romo Steven.
Program pelatihan menulis ini diadakan sepanjang bulan September dan awal Oktober, dikemas dalam lima kali pertemuan, yaitu setiap hari Sabtu pukul 16.00-18.00 WIB. Para peserta didampingi oleh jurnalis senior A. Margana dan Gabriel Abdi Susanto.
Topik utama pelatihan yang disajikan kali ini adalah menulis esai (essay). Tujuan pelatihan adalah agar peserta bisa menjadi penulis yang produktif dan bisa mengirim karyanya ke media massa umum atau katolik, baik media cetak maupun online.
Essay adalah suatu karya tulis berbentuk prosa yang mengandung opini, pandangan, atau ekspresi pribadi mengenai sesuatu hal yang sedang berlangsung di masyarakat. Maka, materi pendalaman yang diberikan dalam pelatihan adalah mengenal teknik menulis essay dan mempraktekkan menulis essay maupun opini di media massa.
Selain mendalami teori penulisan essay, para peserta juga diajak mengkaji dan membahas contoh-contoh tulisan dalam bentuk berita, opini, feature maupun essay dengan berbagai topik. Peserta diajak untuk menelaah dan mendalami contoh-contoh tersebut sehingga bisa membedakan mana tulisan yang menarik atau tidak. Karena tujuan dari suatu karya tulis di media massa adalah merebut hati masyarakat untuk membacanya.
Setiap minggu, selesai pelatihan, seluruh peserta diminta untuk membuat karya tulis. Untuk pelatihan kali ini, mereka berkesempatan berlatih menulis essay. Targetnya, mereka harus menentukan mau dikirim ke media massa mana. Dengan demikian peserta mempelajari siapa dan karakter pembaca media massa itu, style atau gaya penyajian, dan syarat-syarat yang ditentukan.
Tema bebas dan harus disesuaikan dengan perkembangan masalah yang akan ditulis dengan. Tentu, peserta menyesuaikan dengan ketersediaan materi penulisan dari daerah masing-masing. Artinya, para peserta menulis apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dibaca, dan dipikirkan yang menarik untuk pembaca media massa.
Dengan batas waktu yang telah ditentukan, setiap karya tulisan yang dibuat oleh peserta dikirim kepada pendamping (A. Margana). Semua tulisan dibaca dan dilakukan editing, koreksi, atau penulisan ulang (rewritting). Sebelum pertemuan, tulisan yang sudah diperbaiki itu dikembalikan kepada penulisnya untuk dipelajari dan dibandingkan dengan tulisannya yang aseli.
Pendamping juga menampilkan perbandingan tulisan aseli dan perbaikan untuk dalam evaluasi di depan kelas online. Seluruh peserta diajak belajar bersama dalam memperbaiki tulisan dengan harapan bisa layak dimuat di media massa yang akan dituju oleh penulis. Cara ini sangat membantu peserta dalam proses penulisan yang lebih baik selanjutnya.
Karya tulisan yang sudah diperbaiki dan layak untuk dimuat, disarankan oleh pendamping untuk dikirimkan ke media-media massa katolik seperti mirifica, Hidup, dan lain-lain. Sedangkan karya tulisan yang bersifat umum, disarankan dikirim ke media massa umum.
Pelatihan menulis online ini berjalan dengan baik dan semangat. Para peserta berusaha dengan tekun mengirim tulisannya setiap minggu untuk diperbaiki dan dievaluasi. Selama satu bulan pelatihan, setiap peserta rata-rata membuat tiga tulisan dengan topik berbeda , baik dalam bentuk berita, essay, feature maupun opini.
Pada saat sharing dan diskusi bersama melalui aplikasi zoom, sebagian besar peserta menghadapi tantangan berat saat menulis opini maupun essay. Yang mereka rasakan berat terutama adalah ketika mencari ide dan didesak oleh batas waktu. Mereka hanya punya waktu empat hari untuk menyiapkan sebuah tulisan essay atau feature 700 – 1.000 kata.
Dinamika pelatihan antara peserta dan pendamping membantu mereka bisa lebih mudah belajar menulis di waktu singkat dan kepepet. Buktinya, rata-rata peserta berhasil menampilkan dua atau tiga tulisan yang layak dimuat di media massa. Hal ini dibuktikan dengan dimuatnya sebagian tulisan peserta di media mirifica maupun media umum lainnya, seperti media sastra/ kebudayaan, lifestyle, dan lain-lain. Beberapa lagi masih menunggu kemungkinan dimuat di media massa yang lain.
Setelah pelatihan, seorang bisa menjadi penulis yang produktif atau tidak, itu tergantung pada peserta itu sendiri. Margana yang menjadi fasilitator dalam pelatihan ini hanya berpesan, bahwa menjadi penulis yang handal bukan karena menguasai teori menulis. “Untuk menjadi penulis yang handal, kreatif dan aktual, maka Anda harus terus menerus menulis, menulis, dan menulis, tiada henti….,” katanya.
Seluruh peserta bersyukur bisa mengikuti pelatihan menulis online ini sampai selesai. Mereka mendapat kesempatan berharga untuk mengembangkan keterampilan menulis. Para peserta juga menjadi lebih percaya diri saat mengirimkan tulisan mereka ke berbagai media cetak maupun online.
Rasa syukur dan percaya diri para peserta itu tampak saat Romo Steven menawarkan kesediaan mereka untuk menulis di mirifica pada kolom essay. Seluruh peserta dengan gembira dan antusias menyambut tawaran dari Romo Steven.
Pelatihan menulis online dari Komsos KWI telah berakhir. Namun, karya tulis para peserta tidak boleh berakhir. Tidak ada lagi rasa takut ataupun malu bila tulisan mereka tidak dimuat atau ditolak. Mereka telah mendapatkan banyak pengetahuan tentang menulis dan praktek menulis. Inilah motivasi utama dari para peserta untuk terus menulis, yang telah didapatkan melalui program pelatihan tersebut.
Saatnya para peserta terus berpacu dan ditantang untuk menulis, apalagi menulis juga salah satu bentuk pewartaan kepada para pembaca di mana pun berada. Semoga pelatihan menulis online dari Komisi Komsos KWI ini sungguh bermanfaat dan menghasilkan para penulis produktif yang handal saat ini dan di masa mendatang.
Penulis : Elias Anwar
Inspirasimu: Ajaran Sosial Gerejja di Masa Pandemi Oleh Paus Fransiskus
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.