Beranda KWI KOMSOS KWI Berjibaku, Sikapi Pudarnya Radio Katolik

Berjibaku, Sikapi Pudarnya Radio Katolik

MALANG – “Radio Katolik mengalami kemunduran yang luar biasa!” ujar Errol Jonathans. Begitulah Errol membuka pelatihan radio online bersama aktivis komsos dan katekese di Keuskupan Malang. “Marconi yang mempelopori radio pada 1896 adalah seorang Katolik. Maka aneh bilamana sekarang, umat Katolik kehilangan minat ketika berbicara tentang radio,” tukas Errol.

Sesi pertama ini, sang fasilitator pelatihan ini menyuguhkan fakta perhelatan radio Katolik yang kian tergerus, seiring dengan pertumbuhan radio kelompok lain yang nonKatolik. Bukan berarti radio Katolik kurang punya pendengar, tapi SDM dan fasilitas menjadi tantangan untuk memenuhi kebutuhan umat.

Dua faktor ini seperti ‘dinding tinggi’ yang harus dilewati para aktivis Komsos di Keuskupan Malang. “Secara fasilitas, kami sempat dibantu oleh donatur. Tinggal SDM-nya,” kata Alex, salah satu volunteer Komsos Keuskupan Malang.

SDM yang ideal dapat me-maintain sebuah saluran radio baik secara kuantitas program, kualitas konten, kreativitas, dan manajemennya. Dalam pelatihan kali ini, Errol mengajak para aktivis komsos dan kateketik Malang untuk berfokus pada kualitas konten.

Selama tiga hari ini, mereka akan berproses sehingga dapat memproduksi sebuah air magazine berdurasi 30-60 menit yang siap on air. “Peserta akan dibagi menjadi kelompok kecil, dan mereka diberi kesempatan untuk berkreasi merekam sebuah program yang berbeda satu sama lain. Nantinya, semua akan disatukan menjadi sebuah air magazine,” ujar Errol Jonathans.

Pihak panitia pelatihan sendiri sudah menyiapkan sebuah ruang rekaman ‘dadakan’ di salah satu kamar Pondok Rohani St. Theresia Lisieux, lokasi pelatihan. Ruang inilah yang besok akan dipakai para peserta untuk rekaman.

BACA JUGA:

Multikelompok Aktivis Radio Katolik Malang Berlatih Buat Program