TOMAS adalah pribadi yang memiliki sikap kritis sehingga ia tidak mudah percaya pada perkataan orang-orang di sekitarnya. Saat ia menyentuh luka Yesus, ia percaya bahwa Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia. Peristiwa ini mengubahnya dan menjadikannya seorang pewarta iman yang tangguh; dan pada akhirnya ia memperoleh mahkota kemartiran demi mempertahankan imannya akan Yesus.
Pengalaman Tomas yang menyangsikan kebangkitan Yesus juga merupakan gambaran dari pergumulan iman kita. Di tengah kerasnya kehidupan, kerap kita mengalami pasang surut iman. Namun hendaknya kita jangan menuntut suatu peristiwa spektakuler sebagai bukti kehadiranNya. Sadari bahwa Yesus hadir dalam peristiwa sederhana: dalam nafas kehidupan, dalam diri anggota keluarga dan alam sekitar kita.
Pesta Santo Tomas pada hari ini, mengajak kita untuk introspeksi diri. Sudahkah kita sungguh-sungguh mengimani Yesus sebagai Tuhan dan Allah kita?
Mari kita benahi dan perbaharui diri, serta setia melatih diri untuk berjalan di dalam iman. Jadikan Yesus sebagai pusat iman kita.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.