Beranda KOMSOS KWI PEKAN KOMSOS Belajar Debat ala Parlemen Australia di PKSN KWI

Belajar Debat ala Parlemen Australia di PKSN KWI

PERANG gagasan tentang beragam persoalan mewarnai lomba debat yang berlangsung di Aula Paroki Santa Maria, Gunung Sitoli, Nias, pada hari kelima Pekan Komunikasi Sosial Nasional Konferensi Waligereja Indonesia (PKSN KWI) ke-50, Jumat (6/5/2016).

Delapan kelompok (saru kelompok tiga orang) dari siswa-siswa Sekolah Menengah Atas yang hadir kali ini langsung berlatih sekaligus berkompetisi. Ini karena metode debat model Parlemen Australia baru pertama kali mereka lakukan.

Kelompok pro disebut sebagai kelompok pemerintah, dipimpin oleh Prime Minister dibantu dua rekannya Deputy Prime Minister dan Government Whip. Kelompok kontra disebut sebagai oposisi, dipimpin oleh Leader of Opposition dibantu Deputy dan Opposition Whip.

Setiap penampilan, hanya ada dua sesi debat. Sesi pertama penyampaian mosi oleh seluruh kelompok secara bergantian. Sesi kedua pidato penutup. Penyampaian mosi diawali oleh prime minister, dilanjutkan leader dari kelompok kontra, dibalas oleh deputy dari kelompok pro, dibalas lagi oleh deputy dari kelompok kontra, disanggah oleh whip dari kelompok pro dan diakhiri oleh whip dari kontra. Sesi kedua, dimulai dari kelompok kontra dengan pidato penutupan yang nilainya setara dengan sesi kedua.

Sejauh pengamatan, semua berjalan lancar. Meski begitu, tampak sekali, para peserta, ke depan, harus lebih banyak berlatih teknik-teknik dasar dalam menyampaikan pendapat dan gagasan.

Sebagai juri, saya merasa anak-anak cukup mudah menyesuaikan diri dengan teknik baru ini. Gagasan demi gagasan dari sekitar sepuluh materi lebih yang diberikan coba mereka kuasai selama tiga minggu sebelumnya. Beberapa ada yang benar-benar menguasai masalah. Yang lain tampak masih harus belajar banyak dan memperdalam persoalan.

Materi atau mosi tidak jauh dari kehidupan mereka sehari-hari seperti misalnya pemanfaatan media sosial, hukuman mati bagi bandar narkoda dan koruptor, budaya sebagai aset utama bangsa, antara home schooling dan sekolah umum serta masih banyak lagi.

Hasil akhir membuktikan bahwa kelompok SMAN 1 dengan gagasan yang urut dan lengkap serta cara penyampaian yang tenang, teratur dan tertata menjadikannya juara. Namun, tentu saja tang penting bukan soal juaranya, melainkan cara berpikir logis, runut, lurus dan sikap mengedepankan diskusilah yang menjadi sasaran utama.