HARI pertama Pekan Komunikasi Sosial Nasional ke-5 diisi dengan kegiatan workshop audio visual dan workshop menulis kreatif bertempat di aula Wisma Unio Keuskupan Palangka Raya. Workshop selama dua hari ini melibatkan profesional andal di bidangnya, yakni Romo Murti Hadi Wijayanto dari Studio Audio Visual (SAV) PUSKAT Yogyakarta, yang membagi pengalaman dan ilmu tentang sinematografi.
Pastor Jesuit ini menjelaskan arti sinematografi yang berarti menulis dengan gambar (dan suara). Seperti juga menulis, dalam membuat film, alat tulisnya adalah kamera, kata-katanya adalah gambar (dan suara)dan tata bahasa adalah bahasa gambar (suara).
Murti mengawali workshop dengan memutar film pendek karyanya saat masih belajar di EICAR The Internasional Film and Television School, Perancis. “Mengapa film pendek? Selain biaya produksi yang lebih murah juga karena kehadiran media sosial saat ini menuntut demikian, ujar Murti, Senin (8/5/2017).
Film pendek berdurasi kurang dari 5 menit ini diambil dari kisah nyata saat 3 bom meledak di Stade de France. Menceritakan tentang seorang warga Perancis beragama muslim bekerja sebagai penjaga toilet di Stade de France. Ia berhasil menyelamatkan 2 orang korban luka ledakan bom dengan cara menyembunyikan mereka di dalam tong sampah. Sementara dirinya sendiri justru tidak selamat oleh peristiwa itu, setelah seorang teroris menembaknya di dalam toilet.
“Saya mulai membuat film ini menulis naskah, pengambilan gambar, editing hingga bisa tayang. Semuanya kurang lebih 6 bulan,”ungkap pastor yang telah 20 tahun berkarya di SAV PUSKAT Yogyakarta ini.
Film kedua yang juga garapannya dipertontonkan sebagai contoh. Menceritakan tentang dua orang pemuda dan sepotong cokelat. Kedua pemuda tersebut hanya bisa mengamatinya namun tidak mampu membuat keputusan. Apakah mengambil cokelat di hadapan merekaatau tidak. Lalu datang pemuda ketiga yang justru dengan entengnya mengambil cokelat tersebut. Sebuah film singkat, tanpa dialog namun kaya akan nilai.
“Film pendek biasanya memiliki durasi yang pendek, 1 menit, 5 menit, 10 menit, paling lama 15 menit. Keunggulannya adalah dalam durasi yang singkat ada gagasan yang cemerlang. Gagasan yang unik, liar, nakal, bahkan ide yang tak pernah terpikirkan sebelumnya,”jelas Murti.
Maka, kata Murti, film pendek biasa dipakai untuk menohok langsung. “Film yang saya putar itu gagasannya langsung. Anda bermain dengan nilai.” ujarnya.
Murti menegaskan, dalam film pendek juga harus memiliki nilai seperti kejujuran, keadilan, saling memahami, membuka hati, atau bahkan pengampunan.
Langsung praktik
Setelah sekilas memberikan materi tentang sinematografi dan penulisan naskah, mulai Selasa (8/5//2018) Murti membagi peserta menjadi 7 kelompok sekaligus memberinya tugas. Masing-masing kelompok diberi tugas membuat film pendek berdurasi 3-8 menit, lokasi maksimal 2 tempat, dan pemain tak boleh lebih dari 3 orang.
Sebelum proses syuting, Murti mendampingi masing-masing kelompok dalam proses pra produksi yang meliputi tahapan penentuan ide/gagasan,riset data, tema,sinopsis, naskah hingga persiapan produksi.
“Setelah makan siang adik-adik bisa langsung mengambil gambar. Nanti malam saya akan menjelaskan tentang editing. Kemudian adik-adik bisa langsung melakukan editing. Karena alatnya terbatas jadi harus bergantian. Saya harap semua sudah selesai, sehingga besok setelah makan siang bisa tayang” pungkas pastor yang hobi teater ini.
Praktisi di bidang Public Relation, Tim Komsos KWI