Barbara dilahirkan di Perancis pada tahun 1566. Ia menikah dengan Petrus Acarie ketika usianya tujuh belas tahun. Barbara dan suaminya mencintai iman Katolik mereka dan mengamalkannya dalam hidup sehari-hari. Pasangan tersebut dikaruniai enam orang anak dan keluarga mereka hidup bahagia. Barbara berusaha menjadi seorang isteri dan ibu yang baik. Keluarganya belajar dari Barbara bagaimana mencintai doa dan melakukan karya belas kasih. Suatu ketika, suaminya secara tidak adil dituduh melakukan suatu kejahatan. Barbara sendiri datang menyelamatkannya. Ia pergi ke pengadilan, dan seorang diri saja, berhasil membuktikan bahwa suaminya tidak bersalah.
Meskipun Barbara sibuk dengan urusan keluarganya sendiri, tetapi ia selalu menyempatkan diri untuk memberi makan mereka yang kelaparan. Ia mengajarkan iman kepada yang lain. Ia menolong mereka yang sakit dan sekarat. Dengan lemah lembut ia mendorong mereka yang hidup dalam dosa agar berbalik dari cara hidupnya. Perbuatan-perbuatan baik yang dilakukannya itu adalah karya belas kasih.
Ketika suaminya meninggal dunia, Barbara masuk Ordo Karmelit. Di sanalah ia melewatkan empat tahun sisa hidupnya sebagai seorang biarawati. Ketiga puterinya menjadi biarawati Karmelit juga. Nama yang dipilih Barbara sebagai biarawati adalah Suster Maria dari Inkarnasi. Dengan penuh sukacita ia bekerja di dapur biara di antara periuk dan panci. Ketika puterinya diangkat menjadi pemimpin biara, Beata Maria dengan rela hati taat kepadanya. Demikian besar kerendahan hatinya, hingga menjelang ajalnya ia berkata: “Tuhan mengampuni aku karena teladan buruk yang kutinggalkan bagimu.” Para biarawati tentu saja terperanjat mendengarnya, sebab mereka tahu betapa ia telah berusaha keras untuk hidup kudus. Beata Maria wafat pada tahun 1618 dalam usia lima puluh dua tahun.
Meskipun banyak tugas dan tanggung jawabnya, dalam segala hal Beata Maria dari Inkarnasi senantiasa mengutamakan Tuhan. Bagaimana jika dalam hidupku aku memberikan prioritas utama kepada Tuhan?
Sumber: yesaya.indocell.net
Inspirasimu: Santo Stephen Harding : 17 April
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.