MIRIFICA.NET – Sejak pertengahan bulan Juli 2020, Keuskupan Agung Semarang (KAS) telah mengumumkan pembukaan kembali kegiatan peribadatan yang melibatkan umat. Paroki Kleca, telah melaksanakan misa bersama umat dan pembinaan iman secara terbatas dengan protokol kesehatan yang ketat.
Masa pandemi covid-19 sampai saat ini memang belum berakhir. Bahkan grafik kenaikan kasus covid-19 makin meningkat. Namun, Paroki St. Paulus Kleca Surakarta telah menyelenggarakan Perayaan Ekaristi khusus pembaptisan dewasa, (Minggu, 13/09/2020).
Ada 40 orang yang mengikuti proses penerimaan sakramen baptis dewasa. Selain menerima sakramen baptis, mereka juga menerima pengurapan minyak krisma dan sakramen ekaristi pertama kali. Proses ‘perjalanan’ para katekumen (calon baptis) hingga menjadi anggota Gereja Katolik yang baru sempat mengalami penundaan yang cukup lama.
Tertunda di masa pandemi
Pada saat pembinaan iman, para katekumen selama setahun dibimbing oleh para katekis (guru agama). Para katekumen sangat antusias mengikuti persiapan dan pembelajaran baptis dewasa di gereja.
Pada saat mendekati penerimaan sakramen baptis, mereka menjalani masa Triduum. Masa Triduum adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan persiapan batin/rohani bagi para calon baptis. Tujuannya agar para katekumen lebih mendalami iman katolik selama tiga hari berturut-turut untuk menyambut rahmat pengudusan Tuhan melalui sakramen baptis.
Setelah kegiatan Triduum selesai, para katekumen mempersiapkan diri untuk mengikuti latihan tahap akhir yaitu tata cara penerimaan baptisan. Namun, merebaknya pandemi covid-19 membuat kegiatan peribadatan di gereja termasuk pelayanan-pelayanan sakramen dihentikan sementara waktu. Termasuk penerimaan sakramen baptis dewasa di Paroki Kleca juga dihentikan.
Tentu saja ada rasa sedih dan kecewa karena mereka sudah mendekati saat-saat akhir penerimaan sakramen baptis mesti ditunda karena pandemi. Para katekumen telah melalui berbagai proses pembinaan dan pendampingan selama kurang lebih satu tahun. Akibat penundaan sejak pertengahan Maret lalu, para katekumen terpaksa menahan rasa ‘rindu’ untuk diterima dalam Gereja Katolik.
Agus Susanto, salah seorang katekis yang ikut mempersiapkan pembinaan iman sangat terharu dengan sikap dan kebesaran hati para katekumen. Mereka memahami situasi pandemi ini dan dengan sabar menerima keputusan penundaan tersebut.
“Saat di paroki sudah mulai menyelenggarakan misa bersama umat, para katekumen sering menanyakan kelanjutan penerimaan sakramen baptis kepada saya. Inilah harapan sekaligus kerinduan mereka untuk dibaptis dan diterima dalam Gereja Katolik,” kata Pak Agus.
Bahagia menjadi murid Yesus
Setelah mengevaluasi perkembangan misa bersama umat, Romo Emmanuel Nuwa, MSF selaku Romo Paroki akhirnya memutuskan penerimaan sakramen baptis dewasa di Kleca. Keputusan ini tentu saja disambut dengan penuh sukacita oleh para katekumen. Kerinduan mereka yang terpendam selama enam bulan segera ‘terobati’.
Para katekumen kembali diundang ke gereja untuk melakukan latihan tata gerak penerimaan sakramen baptis. Dalam latihan tahap akhir, para katekumen begitu bersemangat dan gembira karena mereka akan diterima menjadi anggota Gereja Katolik yang baru.
Pada saat penerimaan sakramen baptis, mereka sudah berkumpul di gereja sejak pagi hari dengan protokol kesehatan. Mencuci tangan dengan sabun dan melakukan pemeriksaan suhu badan adalah syarat sebelum masuk ke dalam gereja. Ada 40 orang yang menjalani proses penerimaan sakramen baptis pada hari itu. Mereka terdiri atas 33 orang yang dibaptis, 6 orang diterima dari gereja Kristen, dan 1 orang hanya menerima komuni pertama.
Selama Perayaan Ekaristi berlangsung, para katekumen, bersama wali baptis, katekis dan kerabat keluarga mengikutinya dengan penuh hikmat dan hormat. Pada saat liturgi pembaptisan, para katekumen dengan tegas dan lantang menyatakan kesanggupan dan kesungguhan hati mereka untuk menolak setan dan segala godaannya.
Oleh karena masih masa pandemi covid-19, jawaban kesanggupan untuk menentang kejahatan dalam diri mereka dilakukan dari tempat duduk masing-masing. Sebelum pandemi, prosesi itu biasanya dilakukan dengan maju dan berdiri di depan altar bersama wali baptisnya.
Memang ada beberapa tata cara penyesuaian yang dilakukan oleh para baptisan baru. Posisi duduk mereka mematuhi aturan physical distancing atau jaga jarak satu sama lain dan tetap memakai masker. Saat pembaptisan, mereka maju satu persatu di hadapan Romo untuk dibaptis, dengan tetap memakai masker dan wali baptisnya ikut dibelakang sambil tetap menjaga jarak.
Romo Eman, dalam homilinya mengajak para baptisan baru untuk mensyukuri rahmat baptisan karena melepaskan mereka dari segala dosa. Para baptisan baru juga diajak menghadirkan ciri orang Katolik, yaitu memiliki semangat belas kasih. “Bila sudah menjadi orang Katolik, mesti selalu membawa semangat pengampunan, seperti pesan Yesus dalam bacaan Injil Matius 18:21-35 tentang pengampunan,” ungkap Romo Eman.
Romo Eman juga mengingatkan agar para baptisan baru tetap rajin berdoa, rajin mengikuti perayaan Ekaristi, dan membaca Kitab Suci. Dalam kehidupan bersama, mereka selalu menghadirkan semangat belas kasih dan pengampunan. Semangat pengampunan dan belas kasih ini merupakan gambaran wajah Allah yang penuh kasih. “Hadirkanlah wajah Allah yang penuh kasih dalam keluarga Anda, lingkungan dan masyarakat,” demikian pesan Romo Eman kepada para baptisan baru.
Proses penerimaan sakramen baptis dewasa di masa pandemi covid-19 di Paroki Kleca Surakarta berjalan lancar. Memang pandemi telah membuat para baptisan baru menunggu selama 6 bulan baru diterima ke dalam Gereja Katolik. Rasa syukur dan sukacita menjadi anggota Gereja Katolik yang baru telah menjadi nyata dalam hidup mereka. Seperti diungkapkan oleh salah seorang baptisan baru, Yohanes Rahman Nur Hidayah, dari lingkungan St. Gabriel Jajar.
Rahman benar-benar merasa begitu tenang setelah dibaptis. Ada perasaan damai yang dia rasakan setelah menjadi murid Yesus. Dia bersyukur bisa menjadi murid Tuhan Yesus, yang mengajarkan semangat mengampuni bahkan mengampuni musuh sekalipun. “Semoga sakramen baptis ini, membuat saya untuk selalu setia kepada kasih Kristus dan dapat menjadi terang bagi sesama,” kata Rahman dengan penuh keyakinan.
Penulis: Elias Anwar
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.