DI TENGAH hikmatnya upacara tahbisan uskup baru Keuskupan Agung Semarang, lagi-lagi umat dibuat “gerr” manakala Mgr Suharyo menyinggung soal kumis. Untuk kedua kalinya “kumis” menjadi kata yang membuat umat tertawa.
Satu hari sebelumnya, saat ibadat sore (salve) di Gereja Katedral Santa Perawan Maria Ratu Rosario, Semarang, Kamis (18/5/2017) Kardinal Darmaatmadja SJ menyebut dalam homilinya.
Kardinal mengatakan “Si kumis yang dulu biasa menggembalakan bebek dan kambing dengan mengenakan caping gunung, sekarang menjadi gembala umat”. Penyataan Kardinal ini pun mengundang tawa umat dan tamu yang hadir.
Uskup yang lahir di Babadan, Sleman ini memamg berkumis tebal. Kumis inilah yang kemudian menjadi menarik perhatian kardinal juga para uskup. Termasuk juga Mgr Suharyo yang memimpin upacara Episkopal Penahbisan Uskup Agung Semarang yang baru.
Ditengah homilinya hari ini, Jumat (19/5/2017) Mgr Suharyo bercerita tentang pertemuannya dengan Mgr Rubiyatmoko tak lama setelah beliau mendapat mandat dari Paus Fransiskus sebagai uskup baru menggantikan Mgr Johanes Pujasumarta, yang telah berpulang 10 November 2015 silam.
Rupanya dalam pertemuan tersebut, Mgr Rubiyatmoko minta pertimbangan Mgr Suharyo tentang kumisnya, apakah sebaiknya dihilangkan atau tidak. Mendengar itu Mgr Suharyo pun memberi nasihat untuk tidak menghilangkannya.
“Jangan Bapa Uskup. biarkan saja. Jika monsinyur tanpa kumis, sama dengan gatotkaca kehilangan gapit,”kata Suharyo sontak membuat ketawa umat dan tamu yang hadir.
Bagi Mgr Suharyo, keinginan untuk menghilangkan kumis adalah bentuk kesediaan Mgr Rubiyatmoko untuk melayani umat dan taat mengikuti Yesus.
Mengutip Sabda Yesus, Uskup Jakarta ini juga mengatakan, “ Yesus menasihati supaya para rasul tidak takut. Karena Ia menghitung setiap helai rambut. Karena itu, sama seperti kumis tidak perlu dihilangkan, disemir saja,”ujar Mgr Suharyo disambut gelak tawa umat.
Praktisi di bidang Public Relation, Tim Komsos KWI