MIRIFICA.NET, Jakarta – Banyak masalah yang kita hadapi selesai kalau kita mau dan bisa mendengarkan. Dan banyak masalah muncul karena kita tidak mendengarkan.
Demikian disampaikan Pakar Teknologi Informasi Prof. Richardus Eko Indrajit yang juga anggota Badan Pengurus Komsos KWI pada Puncak Perayaan Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-56 yang diselenggarakan Komisi Komsos Konferensi Waligereja Indonesia secara daring, Minggu (29/05/2022). “Bapa Paus itu luar biasa. Setiap kali kita merayakan hari komsos, pesannya pas dengan situasi kita saat ini,”ujar Eko di hadapan para Ketua Komsos Keuskupan dan pegiat Komsos di seluruh Keuskupan di Indonesia.
Menurut Eko, dengan pesannya itu seolah Paus sedang menegur kita. Saat ini, banyak komunitas gereja sulit mengajak orang muda katolik (OMK) aktif di gereja. Kita mungkin selama ini punya persepsi mengenai apa yang mereka butuhkan, kata Eko.”Tapi kita tidak pernah mendengar mereka langsung apa yang mereka dibutuhkan dari gereja,”ujar Rektor Universitas Pradita ini.
Parahnya, situasi ini juga terjadi dimana-mana, khususnya di media sosial. Banyak orang cenderung langsung bereaksi atas apa yang sudah ditayangkan orang lain. Kita cenderung menghakimi orang lain tanpa mengerti situasi atau mendengarkan dari mereka langsung apa yang mereka pikirkan dan alami. Inilah yang menyebabkan perpecahan terjadi dimana-mana.
Eko menegaskan, banyak konflik, perselisihan, perpecahan dapat diselesaikan dengan mendengarkan. “Mari kita ikuti nasihat Bapa Paus dengan mendengarkan,”ujar Eko.
Kita Mesti Menyapa
Dalama kaitannya dengan karya komunikasi sosial, Ketua Komsos Keuskupan Agung Makassar Pastor Semuel Sirampun menyatakan, buah-buah karya yang matang, lebih berkualitas, akurat, dan kontekstual muncul dari sikap meresapkan, mengolah, dan melibatkan Tuhan dalam mendengarkan dengan telinga hati.
“Ke depan kita mesti menyapa dan berkolaborasi dengan banyak orang, mendengarkan mereka. Utamanya mendengar dari para profesional seperti jurnalis, para orang tua, guru. Kita mesti refleksi dan duduk bersama,”ujar Semuel.
Sependapat dengan Semuel dan Eko, Romo Jemmy Pantaw dari Komsos Keuskupan Malang menyatakan bahwa banyak dari kita, para pegiat komsos, kurang mendengarkan kebutuhan mereka yang kita layani. “Tidak hanya terjadi di tingkat keuskupan, tetapi juga paroki-paroki,”ujar Jemmy.
Jemmy mengakui bahwa selama menjadi Ketua Komsos, dirinya belum pernah menyapa para pelaku komunikasi seperti penyiar dan lain-lain. “Selama ini saya hanya berpikir konten, bagaimana supaya media sosial tidak kosong, itu saja. Ternyata banyak orang yang bisa kita sapa dan dari mereka juga kita bisa mendapat masukan terkait karya pewartaan yang kita lakukan,”ujar Jemmy.
Selanjutnya Jemmy menyatakan, mendengarkan itu bukan hanya menangkap suara. Ada dimensi hati di situ. Kita harus menghargai orang lain. Kita cenderung banyak mewartakan, tapi kurang mendengarkan refleksi orang lain. Mendengarkan merupakan hal yang utama sebagai pelaku komunikasi. Dengan mendengarkan, kita bisa dapatkan informasi baru yang selama ini belum ada dalam pikiran kita, kata Jemmy.
“Saat ini kita memang harus banyak belajar, sebagai pelaku komunikasi – belajar membuka diri dan menyapa para pelaku komunikasi lain, menimba masukan dari mereka. Kita harus menyapa para pelaku komunikasi yang sudah bekerja keras dan bekontribusi besar dalam media umum. Jadi, seperti pesan paus, kita harus memperbaiki cara mendengar,”ujar Jemmy.
Banyak orang zaman sekarang merasa tidak perlu mendengarkan orang lain. Orang lain yang harus mendengarkan. Merasa orang lain salah, dan dirinya yang paling benar. Maka Jemmy menekankan bahwa kita justru punya tugas, bagaimana hadir di tengah dunia yang selama ini menutup telinga seperti kisah para perajam Stefanus. Jemmy yakin bahwa pesan paus ini tidak hanya untuk para pegiat komsos tetapi untuk dunia.
Masih senada dengan para pembicara sebelumnya, Ketua Komsos Keuskupan Surabaya Romo Boedi Raden menyebutkan, masa pandemi tidak membatasi kita untuk mendengarkan. Gembala dan domba atau Romo dan umat harus saling mendengarkan. “Saya masih mengunjungi umat meski hanya di depan rumah, membacakan kitab suci. Di masa depan datang, komsos harus lebih banyak mendengarkan umat, tidak hanya buat konten,”ujar Boedi.
Selingan Lagu
Selain mendengarkan refleksi dari para Ketua Komsos, Perayaan Hari Komsos kali ini juga diselingi dengan tampilan lagu dari OMK Keuskupan Makassar dan mendengarkan lagu-lagu yang diciptakan para juara Lomba Cipta Lagu.
Sebelum acara berakhir, para peserta dipersilakan sharing menanggapi pesan paus dan diakhiri dengan pengumuman atas lomba-lomba yang diselenggarakan oleh Komsos KWI seperti lomba podcast pewartaan dan lomba film pendek. Dua lomba lainnya, Penulisan Opini di Media Massa dan Menulis Feature Sejarah diundur pengumumannya karena durasi lomba diperpanjang.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.