Ada seorang pria yang saat berusia 15 tahun mengalami kecelakaan yang membuat tulang punggungnya patah. Ia begitu menderita dan harus terbaring di tempat tidurnya selama bertahun-tahun dalam keadaan tidak berdaya. Dalam sehari tidak pernah sekalipun ia luput dari rasa sakit yang benar-benar menyiksanya.
Walau demikian, pria ini tidak pernah mengeluh dan selalu mendukung pelayanan doa-doa atas dirinya. Pada suatu hari, ada seorang pendoa terkenal mengunjungi tempat pria ini dirawat, yaitu di sebuah rumah sederhana. Ketika pendoa ini masuk ke dalam kamarnya, ia merasa bahwa tempat itu demikian dekat dengan sorga. Ada suatu sukacita mengalir dari dalamnya.
Pendoa itu bertanya kepada pria itu, “Apakah iblis pernah menggoda pikiranmu dengan mengatakan bahwa tidak ada gunanya berbakti kepada Tuhan?”
Pria tersebut menjawab, “Oh, tentu saja. Iblis datang berulang-ulang menggodaku dan berkata kalau benar Tuhan mengasihi engkau, tentu engkau tidak terbaring begini. Engka akan menikmati kesenangan seperti teman-temanmu yang lain, kaya-raya, segar bugar dan sehat walfiat. Kalau Tuhan itu baik, Dia tentunya bisa mencegah kecelakaan fatal itu terjadi.”
Pendoa itu terdiam memandang pria itu. Ia merasa iba. Kenapa pria itu mesti dicobai iblis? Bukankah ia tak berdaya?
Pria itu melanjutkan, “Apabila iblis datang dengan cobaannya seperti itu, aku hanya tersenyum. Aku membawanya dalam doa. Aku merasa dikuatkan oleh Tuhan dalam doa.”
Dalam hati, pendoa itu mengagumi pria ini. Ia tidak memberi tempat bagi iblis di hatinya. Ia selalu memberi tempat untuk Tuhan dalam lubuk hatinya.
Godaan sering kita alami dalam hidup ini. Apalagi di kala kita mengalami susah dan derita. Di kala kita sendirian dan kesepian, iblis ingin ikut nimbrung. Iblis menawarkan berbagai keindahan dan kenikmatan dunia. Namun bayarannya adalah ketidaksetiaan kita kepada Tuhan. Padahal kasih Tuhan itu tak terbatas. Kasih Tuhan tidak menuntut dari kita.
Iblis yang jahat sering menuntut kita untuk meninggalkan hidup kita yang bahagia. Ia menawarkan kebahagiaan yang lain, yaitu suatu kebahagiaan sesaat. Kenikmatan sesaat itu berbahaya bagi hidup kita. Mata kita mudah tersilau oleh nafsu egoisme kita yang jahat.
Kisah tadi menunjukkan kepada kita bahwa iman dan penyerahan diri kepada Tuhan lebih indah dalam hidup ini. Iman yang dalam itu membawa kita untuk tetap setia kepada Tuhan. Kita dapat menolak usaha-usaha iblis yang mengganggu hidup kita dengan godaan-godaannya itu.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa mementingkan nilai-nilai kehidupan yang lebih bermakna. Kenikmatan semu boleh berseliweran di sekitar kita. Tetapi yang kita utamakan dalah kasih dan kesetiaan kita kepada Tuhan dan sesama. Mari kita berusaha untuk senantiasa setia kepada Tuhan. Tuhan memberkati.
Ilustrasi: Godaan (foto diambil dari wallpoper.com)
Imam religius anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ); sekarang Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Palembang dan Ketua Signis Indonesia; pengelola majalah “Fiat” dan “Komunio” Keuskupan Agung Palembang.