Bacaan Pertama: 1Tes 4:13-17
Saudara-saudara, Kami ingin agar kalian mengetahui tentang orang-orang yang sudah meninggal dunia, supaya kalian jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena kalau kita percaya bahwa Yesus telah wafat dan bangkit, maka kita percaya juga bahwa semua orang yang telah meninggal dunia dalam Yesus akan dikumpulkan oleh Allah bersama dengan Yesus.
Hal ini kami katakan kepadamu seturut sabda Allah ini. Kita yang hidup dan masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali takkan mendahului mereka yang sudah meninggal. Sebab pada waktu tanda diberikan, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, Tuhan sendiri akan turun dari surga. Dan mereka yang telah meninggal dalam Kristus Yesus akan lebih dahulu bangkit. sesudah itu kita yang hidup dan masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Kristus di angkasa.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1.3-5.11-13 R:13
Tuhan akan datang menghakimi dunia dengan adil.
- Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, menyanyilah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa Kisahkanlah karya-karya-Nya yang ajaib di antara segala suku.
- Sebab mahabesarlah Tuhan dan sangat terpuji, Ia lebih dahsyat daripada segala dewata. Sebab segala allah para bangsa adalah hampa, tetapi Tuhan, Dialah yang menjadikan langit.
- Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai, biar gemuruhlah laut serta segala isinya; biarlah beria-ria padang dan segala yang ada di atasnya dan segala pohon di hutan bersorak-sorai,
- Biarlah mereka bersukacita di hadapan Tuhan, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.
Bait Pengantar Injil: Luk 4:18
Roh Tuhan menyertai aku; Aku diutus Tuhan mewartakan kabar baik kepada orang-orang miskin.
Bacaan Injil: Luk 4:16-30
Sekali peristiwa datanglah Yesus di Nazaret, tempat Ia dibesarkan. Seperti biasa, pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat. Yesus berdiri hendak membacakan Kitab Suci. Maka diberikan kepada-Nya kitab nabi Yesaya.
Yesus membuka kitab itu dan menemukan ayat-ayat berikut, “Roh Tuhan ada pada-Ku. Sebab Aku diurapi-Nya
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin. Dan Aku diutus-Nya memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan kepada orang-orang buta, serta membebaskan orang-orang yang tertindas; Aku diutus-Nya memberitakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang.” Kemudian Yesus menutup kitab itu dan mengembalikannya kepada pejabat, lalu duduk; lalu Ia duduk dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.
Kemudian Yesus mulai mengajar mereka, kata-Nya, “Pada hari ini genaplah ayat-ayat Kitab Suci itu pada saat kalian mendengarnya.” Semua orang membenarkan Yesus. Mereka heran akan kata-kata indah yang diucapkan-Nya. Lalu kata mereka, “Bukankah Dia anak Yusuf?” Yesus berkata, “Tentu kalian akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku, ‘Hai Tabib, sembuhkanlah dirimu sendiri. Perbuatlah di sini, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar telah terjadi di Kapernaum!”
Yesus berkata lagi, “Aku berkata kepadamu: Sungguh, tiada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar, ‘Pada zaman Elia terdapat banyak wanita janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang wanita janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel tetapi tiada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain Naaman, orang Siria itu.”
Mendengar itu sangat marahlah semua orang di rumah ibadat itu. Mereka bangkit lalu menghalau Yesus ke luar kota, dan membawa Dia ke tebing gunung tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Yesus berjalan lewat tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan
Martin Luther King mengatakan, “Kita harus menerima kekecewaan yang terbatas, namun tak boleh kehilangan harapan yang tak terbatas.” Kekecewaan itu wajar terjadi dalam hidup, tetapi tak perlu membiarkan diri kita dikuasai oleh rasa kecewa. Kita perlu berpegang pada dan membiarkan diri kita ditaburi oleh pengharapan yang tak terbatas. Pengharapan membuat kita percaya kepada segala kemungkinan akan perbaikan, sebab kita fokus pada sisi positif. Dalam kekecewaan orang fokus pada sisi negatif saja. Maka, sementara pengharapan itu menghidupkan, membangkitkan semangat; kekecewaan itu mematikan, mematahkan semangat. Orang yang tak berpengharapan telah mati selama masih hidup.
Dalam bacaan pertama, Paulus mengingatkan bahwa berpengharapan merupakan ciri orang yang percaya pada Kristus: “Kamu jangan berdukacita seperti orang lain yang tak mempunyai pengharapan” (1Tes. 4:13). Dalam Injil, alih-alih memupuk diri dan menerima Yesus, orang yang sekampung halaman dengan Yesus menolak Dia karena membiarkan diri dikuasai oleh kekecewaan dan skeptisisme. Mereka kecewa dan skeptis bahwa anak Yusuf, si tukang kayu, bisa menjadi Mesias. Mereka terpaku pada apa yang menurut mereka merupakan kekurangan. Mereka gagal membuka diri dan berpegang pada pengharapan bahwa juga dari yang terkecil dan lemah di dunia ini Allah bisa mendatangkan keselamatan. Berpengharapan berarti yakin bahwa Allah bisa melakukan hal-hal di luar batas-batas kemungkinan manusiawi.
Ya Allah, penuhilah hati kami dengan pengharapan yang menghidupkan. Amin.
Sumber: Renungan Ziarah Batin 2021, Penerbit OBOR
Inspirasimu: Ulasan Eksegetis Bacaan Kitab Suci Minggu Biasa XXII/B
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.