Bacaan Pertama: Ibr 5:1-10
Yesus belajar menjadi taat, sekalipun Ia Anak Allah.
Engkaulah imam untuk selama-lamanya menurut Melkisedek.
- Beginilah firman Tuhan kepada tuanku, “Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuhmu Kubuat menjadi tumpuan kakimu!”
- Tongkat kuasamu akan diulurkan Tuhan dari Sion; berkuasalah Engkau di antara musuhmu!
- Engkau meraja di atas gunung yang suci sejak hari kelahiranmu, sejak fajar masa mudamu.
- Tuhan telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: “Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek.”
Bait Pengantar Injil: Ibr 4:12
Sabda Allah itu hidup dan kuat. Sabda itu menguji segala pikiran dan maksud hati.
Bacaan Injil: Mrk 2:18-22
Pengantin itu sedang bersama mereka.
hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.”
Renungan
Pernah suatu ketika, seorang pastor berceloteh begini: zaman now ini zaman pamer. Doa dipamerkan, marah divideokan lalu di-youtube-kan, amal diposting dan dipamerkan. Bahkan, pengalaman baru puasa pertama kali saja dipamerkan. Lalu, di mana letak sebuah kualitas rohani dari tradisi puasa itu? Hidup keagamaan kok hanya sebuah pertunjukan untuk mengundang decak kagum orang lain.
Yesus tidak mengajarkan tradisi puasa kepada para murid. Menurut Yesus, orang tidak berpuasa pada saat pesta kawin. Dialah mempelai pria dan umat Allah adalah mempelai wanita. Selama mempelai pria ada di dalam pesta maka yang ada hanya sukacita, bukan puasa. Bila mempelai pria pergi, barulah orang berpuasa. Yesus melengkapi penjelasan-Nya dengan dua perumpamaan, yaitu tentang secarik kain baru dan baju tua serta tentang kantong kulit tua dan anggur baru. Kedua perumpamaan itu berbicara tentang orang Yahudi yang telah lama terjebak dalam ritual agama yang kosong. Mereka memang melakukan semua tuntutan agama, tetapi berdasarkan pemahaman yang keliru. Mereka melakukan itu bukan karena kebutuhan dari dalam diri untuk bertemu Tuhan secara intim. Bahkan, ada yang melakukan karena ingin pamer kesalehan. Parah bukan? Oleh sebab itu, Tuhan ingin menyatakan bahwa ritual agama yang membuat hubungan manusia dengan Tuhan jadi gersang seharusnya tidak digunakan.
Peringatan Yesus kiranya membuat kita bercermin. Adakah kebiasaan ke gereja pada hari Minggu dan doa-doa harian masih menyegarkan kerohanian kita? Atau kita melakukan semua itu karena sudah terlanjur menjadi kebiasaan dan kita merasa tidak afdol bila tidak melakukannya? Mari kita memberikan kualitas pada doa-doa dan amal baik kita: Bukan karena terdorong untuk pamer, melainkan sungguh-sungguh merupakan kerinduan kita.
Allah Yang Mahabenar, ajarlah kami menjadi kantong yang baru dengan Anggur Baru yang telah Engkau anugerahkan kepada kami, yaitu Yesus Kristus Tuhan kami. Amin.
Sumber: Renungan Ziarah Batin 2020, Penerbit OBOR
Inspirasimu: Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Minggu, 17 Januari 2021
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.