Beranda Jendela Alkitab Harian Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Senin, 02 September 2019

Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Senin, 02 September 2019

30 Januari 2022, Bacaan Injil 30 Januari 2022, Bacaan Injil Harian, Bacaan Kitab Suci, Bacaan Pertama 30 Januari 2022, Bait Allah, Bait Pengantar Injil, Firman Tuhan, Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Injil Katolik, Katekese, Katolik, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Mazmur Tanggapan, Mazmur Tanggapan 30 Januari 2022, Minggu Pekan Biasa III, Penyejuk Iman, Perjanjian Baru, Perjanjian Lama, Pewartaan, Renungan Harian Katolik, Renungan Harian Katolik 2022, Renungan Katolik Mingguan, Sabda Tuhan, Ulasan Kitab Suci Harian, Umat Katolik, Yesus Juruselamat
Ilustrasi: findshepherd.com

Bacaan Pertama 1Tes 4:13-17a

Saudara-saudara, Kami ingin agar kalian mengetahui tentang orang-orang yang sudah meninggal dunia, supaya kalian jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena kalau kita percaya bahwa Yesus telah wafat dan bangkit, maka kita percaya juga bahwa semua orang yang telah meninggal dunia dalam Yesus akan dikumpulkan oleh Allah bersama dengan Yesus. Hal ini kami katakan kepadamu seturut sabda Allah ini. Kita yang hidup dan masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali takkan mendahului mereka yang sudah meninggal. Sebab pada waktu tanda diberikan, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, Tuhan sendiri akan turun dari surga. Dan mereka yang telah meninggal dalam Kristus Yesus akan lebih dahulu bangkit. sesudah itu kita yang hidup dan masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Kristus di angkasa.

Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan Mzm 96:1.3-5.11-13;R:13

Tuhan akan datang menghakimi dunia dengan adil.

  • Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, menyanyilah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa Kisahkanlah karya-karya-Nya yang ajaib di antara segala suku.
  • Sebab mahabesarlah Tuhan dan sangat terpuji, Ia lebih dahsyat daripada segala dewata. Sebab segala allah para bangsa adalah hampa, tetapi Tuhan, Dialah yang menjadikan langit.
  • Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai, biar gemuruhlah laut serta segala isinya; biarlah beria-ria padang dan segala yang ada di atasnya dan segala pohon di hutan bersorak-sorai,
  • Biarlah mereka bersukacita di hadapan Tuhan, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.

Bait Pengantar Injil Luk 4:18

Roh Tuhan menyertai aku; Aku diutus Tuhan mewartakan kabar baik kepada orang-orang miskin.

Bacaan Injil Luk 4:16-30

Sekali peristiwa datanglah Yesus di Nazaret, tempat Ia dibesarkan. Seperti biasa, pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat. Yesus berdiri hendak membacakan Kitab Suci. Maka diberikan kepada-Nya kitab nabi Yesaya. Yesus membuka kitab itu dan menemukan ayat-ayat berikut, “Roh Tuhan ada pada-Ku. Sebab Aku diurapi-Nya untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin. Dan Aku diutus-Nya memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan kepada orang-orang buta, serta membebaskan orang-orang yang tertindas; Aku diutus-Nya memberitakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang.” Kemudian Yesus menutup kitab itu dan mengembalikannya kepada pejabat, lalu duduk; lalu Ia duduk dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Kemudian Yesus mulai mengajar mereka, kata-Nya, “Pada hari ini genaplah ayat-ayat Kitab Suci itu pada saat kalian mendengarnya.” Semua orang membenarkan Yesus. Mereka heran akan kata-kata indah yang diucapkan-Nya. Lalu kata mereka, “Bukankah Dia anak Yusuf?” Yesus berkata, “Tentu kalian akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku, ‘Hai Tabib, sembuhkanlah dirimu sendiri. Perbuatlah di sini, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar telah terjadi di Kapernaum!” Yesus berkata lagi, “Aku berkata kepadamu: Sungguh, tiada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar, ‘Pada zaman Elia terdapat banyak wanita janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang wanita janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel tetapi tiada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain Naaman, orang Siria itu.” Mendengar itu sangat marahlah semua orang di rumah ibadat itu. Mereka bangkit lalu menghalau Yesus ke luar kota, dan membawa Dia ke tebing gunung tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Yesus berjalan lewat tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan

“Jangan berdukacita seperti orang yang kehilangan harapan.” Sebagai orang beriman, kita semua tahu dan percaya bahwa kebangkitan Kristus adalah sebuah jaminan harapan akan kehidupan dan sukacita. Tetapi layaknya pembelajaran di sekolah, iman adalah proses dinamis untuk mengenal Kristus dengan benar dan kemudian percaya, juga dengan benar. Untuk itu perlu pertobatan cara berpikir dan pemurnian konsep-konsep iman yang selama ini kita tahu supaya kita tidak “gagal paham” tentang siapa Kristus dan ajaran-Nya. Kisah ditolaknya Yesus di Nazaret adalah kisah tentang orang-orang yang gagal paham. Mereka bukannya tidak tahu siapa Yesus Kristus. Mereka justru sangat tahu, tetapi sesuai pemahaman mereka sendiri. Situasi gagal paham itu menggelapkan mereka sedemikian rupa sehingga mereka memojokkan Yesus ke tebing gunung supaya Yesus terpaksa membuat mukjizat di hadapan mereka.

Mungkin kita merasa tahu dan percaya akan Yesus Kristus. Tetapi mungkin juga kita sebetulnya termasuk orang-orang yang gagal paham. Mari mempertobatkan pikiran dan konsep kita dan bertumbuh menuju iman sejati.

Tuhan Yesus yang penuh kasih, ajarilah aku mengenal-Mu dan tumbuhkanlah dalam diriku iman sejati akan Engkau. Amin.

Sumber renungan: Ziarah Batin 2019, OBOR Indonesia