04 Oktober 2022, Bacaan Injil 04 Oktober 2022, Bacaan Injil Harian, Bacaan Kitab Suci, Bacaan Pertama 04 Oktober 2022, Bait Allah, Bait Pengantar Injil, Firman Tuhan, Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Injil Katolik, Katekese, Katolik, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Mazmur Tanggapan, Mazmur Tanggapan 04 Oktober 2022, Penyejuk Iman, Perjanjian Baru, Perjanjian Lama, pewartaan, Renungan Harian Katolik, Renungan Harian Katolik 2022, Renungan Katolik Mingguan, Sabda Tuhan, Ulasan Kitab Suci Harian, Umat Katolik, Yesus Juruselamat
Sumber: ldsbookstore.com

Bacaan Pertama: Gal 1:13-24

Saudara-saudara, kalian tentu telah mendengar tentang hidupku dalam agama Yahudi dulu. Tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Dalam agama Yahudi itu aku jauh lebih maju dari banyak teman sebaya di antara bangsaku, karena aku sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku.

Tetapi Allah telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh karena kasih karunia-Nya. Ia berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, agar aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa lain. Pada waktu itu sesaat pun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia.
Aku juga tidak pergi ke Yerusalem untuk mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku. Tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik. Baru tiga tahun kemudian, aku pergi ke Yerusalem untuk menemui Kefas, dan aku menumpang lima belas hari di rumahnya. Tetapi rasul-rasul yang lain tak seorang pun yang kulihat, kecuali Yakobus, saudara Tuhan Yesus. Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta.

Kemudian aku pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia. Tetapi aku tidak dikenal oleh jemaat-jemaat Kristus di Yudea. Mereka hanya mendengar,
bahwa orang yang dahulu menganiaya mereka sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya. Dan mereka memuliakan Allah karena aku.

Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan: Mzm 139:1-3.13-14ab.14c-15 R:24b

Ya Tuhan, tuntunlah aku di jalan yang kekal.

  • Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui apakah aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi.
  • Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, Engkaulah yang menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena misteri kejadianku; ajaiblah apa yang Kaubuat
  • Jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah.

Bait Pengantar Injil: Luk 11:28

Berbahagia yang mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya.

Bacaan Injil: Luk 10:38-42

Dalam perjalanan ke Yerusalem Yesus dan murid-murid-Nya tiba di sebuah kampung. Seorang wanita bernama Marta menerima Dia di rumahnya.
Wanita itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria itu duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan sabda-Nya.

Tetapi Marta sangat sibuk melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata, “Tuhan, tidakkah Tuhan peduli, bahwa saudariku membiarkan daku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Tetapi Tuhan menjawabnya, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, padahal hanya satu saja yang perlu. Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”

Demikianlah sabda Tuhan.

Renungan

Kemarin kita diajak untuk mencintai sesama. Lalu, hari ini, kepada kita diperlihatkan bagaimana mencintai Tuhan. Cara terbaik untuk mencintai Tuhan adalah mendengarkan Dia seperti yang dilakukan Maria. Duduk di dekat kaki Yesus, layaknya seorang murid. Maria melakukan apa yang diinginkan Bapa: ”Dengarkanlah Dia” (Luk. 9:35). Sesungguhnya mendengarkan adalah hal pertama yang Tuhan inginkan dari kita. Hukum cinta kasih didahului dengan perkataan: Dengarlah, hai orang Israel (Mrk. 12:29). Amat logis bahwa nanti setelah kita mendengarkan apa yang Tuhan inginkan dari kita, baru kita dapat melaksanakannya. Dengan demikian, tindakan yang kita ambil berdasarkan pada kehendak Tuhan, bukan kehendak manusia semata.

Rasul Paulus juga demikian. Setelah mendengarkan Tuhan di jalan ke Damsyik (Kis. 9:4), ia menyingkir ke tanah Arab. Kita tidak tahu apa yang dilakukannya di sana. Apakah dia pergi bertapa atau mewartakan Injil? Yang pasti Rasul Paulus mengambil jarak dengan yang lain supaya apa yang dilakukannya tidak berdasarkan pertimbangan manusia tetapi semata-mata kehendak Tuhan. Sejauh manakah keputusan dan tindakan kita dilandasi oleh kehendak Tuhan? Jawaban kita tergantung pada sejauh mana kita mengambil waktu untuk mendengarkan Tuhan.

Tuhan Yesus, semoga firman-Mu selalu menjadi pelita bagi kaki kami dan terang bagi jalan kami. Amin.

Sumber: Renungan Ziarah Batin 2021, Penerbit OBOR

Inspirasi: Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Senin, 03 Oktober 2022