Bacaan Pertama: Ibr 4:12-16
Marilah kita menghampiri takhta kerahiman Allah dengan penuh keberanian.
Saudara-saudara, sabda Allah itu hidup dan kuat, lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun! Sabda itu menusuk amat dalam, sampai ke batas jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum! Sabda itu sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.
Kita sekarang mempunyai Imam Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah. Maka baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Agung yang kita punya, bukanlah imam agung yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita! Sebaliknya Ia sama dengan kita! Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita menghampiri takhta kerahiman Allah dengan penuh keberanian, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya.
Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan.
- Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak bersahaja.
- Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni, membuat mata ceria.
- Takut akan Tuhan itu suci, tetap untuk selamanya; hukum-hukum Tuhan itu benar, adil selamanya.
- Lebih indah daripada emas, bahkan daripada emas tua; dan lebih manis daripada madu, bahkan daripada madu-tetesan dari sarang lebah.
Bait Pengantar Injil: Luk 4:18-19
Tuhan mengutus Aku mewartakan Injil kepada orang yang hina-dina dan memberitakan pembebasan kepada orang tawanan.
Bacaan Injil: Mrk 2:13-17
Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.
Yesus berkata kepadanya, “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi, lalu mengikuti Yesus. Kemudian, ketika Yesus makan di rumah Lewi, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. Waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Yesus makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya, “Mengapa Gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengar pertanyaan itu dan berkata kepada mereka, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit! Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa!”
Renungan
Meneladani sikap orang Farisi atau Yesus? Bagaimana sikap kita terhadap orang yang kita anggap jahat? Seandainya ada tetangga kita seorang mantan narapidana kembali ke rumahnya, bagaimana kira-kira sikap kita dan lingkungan kita terhadap dia? Mungkin sebagian besar akan menjauhi dia. Bahkan, berprasangka buruk terhadap dia. Lalu, apakah Allah juga menjauhi dia?
Perikop hari ini menunjukkan hal yang berbeda. Yesus memanggil Lewi, si pemungut cukai, untuk mengikut, Dia. Ini menimbulkan tanda tanya besar dalam benak ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi. Apalagi Yesus tidak hanya memanggil Lewi, tetapi ikut makan juga di rumahnya bersama pemungut cukai lain dan orang-orang berdosa. Bagi orang-orang Farisi yang setia memelihara hukum Taurat, pemungut cukai serta orang-orang berdosa adalah kelompok yang harus dijauhi. Tak layak untuk didekati sebab para pemungut cukai bekerja untuk pemerintahan Romawi yang dianggap kafir. Maka, mereka pun dianggap menjadi najis. Apalagi mereka bekerja dengan tamak. Orang-orang berdosa juga harus dijauhi karena mengingkari Hukum Taurat dan melanggar peraturan Farisi. Namun, bagi Yesus, para pemungut cukai dan orang-orang berdosa harus dirangkul masuk ke dalam Kerajaan Allah. Orang-orang tersebut bagai orang sakit yang harus disembuhkan. Dan, itulah tujuan utama kedatangan Yesus, yaitu untuk memanggil orang berdosa supaya bertobat. Dengan demikian, kehadiran Kerajaan Allah menjadi nyata bagi kaum yang tersisih.
Sebagai pengikut Kristus, bagaimana sikap kita terhadap orang-orang yang dikucilkan? Sebagai warga Gereja, apakah kita sudah peka terhadap mereka yang disingkirkan? Ataukah malah tak peduli dan sibuk membangun diri hingga bak menara gading? Kiranya Tuhan menolong kita untuk memiliki hati seperti Dia: melihat bahwa orang berdosa memerlukan Kristus. Gerejalah yang merangkul dan membawa mereka kepada Kristus.
Allah Bapa, jadikanlah kami saluran kasih-Mu bagi yang menderita dan yang mengalami kesepian. Amin.
Sumber: Renungan Ziarah Batin 2020, Penerbit OBOR
Inspirasimu: Ulasan Eksegetis Bacaan Kitab Suci Minggu Pesta Pembaptisan Yesus
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.