Bacaan Pertama 1Tim 3:14-16
Saudara terkasih, semuanya ini kutulis kepadamu, walaupun aku berharap segera dapat mengunjungi engkau. Maka, jika aku terlambat, engkau sudah tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, artinya jemaat Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran. Sungguh agunglah rahasia iman kita: Kristus, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh. Ia menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, dan diberitakan di antara para bangsa yang tidak mengenal Allah. Ia diimani di dunia dan diangkat dalam kemuliaan.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan Mzm 111:1-6;R:2a
Agunglah karya Tuhan.
- Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah. Besar perbuatan-perbuatan Tuhan, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.
- Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya, keadilan-Nya tetap untuk selama-lamanya. Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan peringatan; Tuhan itu pengasih dan penyayang.
- Kepada orang takwa diberikan-Nya rezeki, selama-lamanya Ia ingat akan perjanjian-Nya. Kekuatan perbuatan-Nya Ia tujukan kepada umat-Nya, dengan memberikan kepada mereka milik pusaka para bangsa.
Bait Pengantar Injil Yoh 6:64b.69b
Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.
Bacaan Injil Luk 7:31-35
Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak, “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini? Mereka sama dengan anak-anak yang duduk di pasar dan berseru seru, ‘Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak menangis.’ Sebab ketika Yohanes Pembaptis datang, dan ia tidak makan roti, dan tidak minum anggur, kalian berkata, ‘Ia kerasukan setan.’ Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kalian berkata, ‘Lihatlah, seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.’ Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”
Demikianlah Injil Tuhan.
Renungan
“Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis.” Dengan kata lain, situasi orang-orang pada zaman Yesus itu “anget nggak, dingin juga nggak”. Datar saja. Celakanya, respons terhadap setiap nabi yang datang cenderung negatif. Semuanya dicela. Bukan hanya datar, tampaknya sudah apatis dan menunjukkan sikap bermusuhan.
Salah satu bahaya yang mengintai hidup kita adalah sikap apatis dalam beriman. Ada banyak alasan untuk itu. tetapi persoalan dasarnya adalah keteguhan iman kita sendiri dan bagaimana kita mengambil posisi dalam beriman: menjadi pelaku atau penonton. Menjadi penonton itu mudah. Datang ke gereja atau acara-acara gerejani atau menikmati “apa yang disajikan”. Kalau bagus tertarik dan tepuk tangan, kalau tidak bagus mengkritik, mungkin mencela, atau cari yang lebih menarik. Ketika iman adalah tentang “Saya dapat apa” maka sikap apatis akan mudah menghinggapi kita ketika setelah sekian lama saya tidak mendapatkan apa-apa, bahkan harus mengeluarkan banyak hal.
Kita dikehendaki untuk menjadi pelaku, yaitu orang-orang beriman yang berjalan menyusuri setiap likuan hidup dan menikmati setiap cara Tuhan membentuk kita. Kita tidak dipanggil untuk menilai liturgi, khotbah imam atau koor gereja, bukan pula untuk mengomentari pelayanan orang lain. kita dipanggil untuk menjadi bagian dari naik dan turunnya hidup menggereja dan menikmati dinamikanya, untuk bersukacita dan menangis pada waktunya.
Ya Allah, bukalah hatiku kepada setiap tawaran rahmat-Mu dan jangan biarkan hatiku dingin dan apatis. Amin.
Sumber renungan: Ziarah Batin 2019, OBOR Indonesia
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.