Beranda Jendela Alkitab Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Minggu, 05 April 2020 (Minggu...

Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Minggu, 05 April 2020 (Minggu Palma)

10 April 2022, Bacaan Injil 10 April 2022, Bacaan Injil Harian, Bacaan Kitab Suci, Bacaan Pertama 10 April 2022, bait allah, Bait Pengantar Injil, Firman Tuhan, Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Injil Katolik, Katekese, Katolik, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Mazmur Tanggapan, Mazmur Tanggapan 10 April 2022, Minggu Palma, Penyejuk Iman, Perjanjian Baru, Perjanjian Lama, Pewartaan, Renungan Harian Katolik, Renungan Harian Katolik 2022, Renungan Katolik Mingguan, Sabda Tuhan, Ulasan Kitab Suci Harian, Umat Katolik, Yesus Juruselamat

Bacaan Perarakan (Mat 21:1-11)

Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan.

Dalam perjalanan ke Yerusalem, ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem dan tiba di Betfage yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan, “Pergilah ke kampung yang di depanmu itu. Di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat, dan anaknya ada dekatnya. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku. Jikalau orang menegur kamu, katakanlah ‘Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya’.” Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu! Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.

Maka pergilah kedua murid itu, dan berbuat seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka. Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka, dan Yesus pun naik ke atasnya.
Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan; ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon dan menyebarkannya di jalan. Dan orang banyak yang berjalan di depan dan di belakang Yesus berseru, “Hosana bagi Anak Daud! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Hosana di tempat yang mahatinggi!” Ketika Yesus masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu, dan orang berkata, “Siapakah orang ini?” Dan orang banyak itu menyahut, “Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea.”

Demikianlah Sabda Tuhan

Bacaan Pertama Yes 50:4-7

“Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai, karena aku tahu bahwa aku tidak akan mendapat malu.”

Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataanku aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukuli aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabuti janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi. Tetapi Tuhan Allah menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Maka aku meneguhkan hatiku seperti teguhnya gunung batu, karena aku tahu bahwa aku tidak akan mendapat malu.

Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan Mzm 22:8-9.17-18a.19-20.23-24 R:2a

Allahku, ya Allahku, mengapa Kautinggalkan daku?

  • Semua yang melihat aku mengolok-olok; mereka mencibirkan bibir dan menggelengkan kepala!
    Mereka bilang, “Ia pasrah kepada Allah! Biarlah Allah yang meluputkannya, biarlah Allah melepaskannya!
    Bukankah Allah berkenan kepadanya?”
  • Sekawanan anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung.
  • Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan membuang undi atas jubahku. Tetapi Engkau, Tuhan, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku!
  • Maka aku akan memasyhurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat: Hai kamu yang takut akan Tuhan, pujilah Dia, hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah Dia!
    Gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel!

Bacaan Kedua Flp 2:6-11

Yesus Kristus telah merendahkan diri; maka Allah sangat meninggikan Dia.

Saudara-saudara, walau dalam rupa Allah, Kristus Yesus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan. Sebaliknya Ia telah mengosongkan diri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia
dan menganugerahi-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lututlah segala yang ada di langit, yang ada di atas bumi dan di bawah bumi, dan bagi kemuliaan Allah Bapa segala lidah mengaku ‘Yesus Kristus adalah Tuhan!’

Demikianlah sabda Tuhan.

Bait Pengantar Injil Flp 2:8-9

Kristus sudah taat bagi kita; Dia taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan menganugerahi-Nya nama di atas segala nama.

Bacaan Injil Mat 26:14-27:66

Sekali peristiwa, pergilah seorang dari keduabelas murid Yesus, yaitu yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata kepada mereka, “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu
Yudas mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus. Pada hari pertama dari Hari Raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata, “Di manakah Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?” Jawab Yesus, “Pergilah ke kota, kepada si Anu, dan katakan kepadanya: Beginilah pesan Guru:Waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah
bersama-sama dengan murid-murid-Ku.” Lalu murid-murid melakukan seperti apa yang ditugaskan Yesus kepada mereka, dan mempersiapkan Paskah.

Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama dengan kedua belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.”
Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya, “Bukan aku, ya Tuhan?” Yesus menjawab, “Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini,
dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan! Adalah lebih baik bagi orang itu
sekiranya ia tidak dilahirkan!” Yudas, yang hendak menyerahkan Yesus itu menyahut, “Bukan aku, ya Rabi?”
Kata Yesus kepadanya, “Engkau telah mengatakannya.” Ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya, lalu memberikannya kepada para murid-Nya seraya berkata, “Ambillah dan makanlah, inilah tubuh-Ku.” Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka seraya berkata, “Minumlah, kamu semua, dari cawan ini! Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. Aku berkata kepadamu: Mulai saat ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya yang baru bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku.”

Sesudah menyanyikan lagu pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun. Maka berkatalah Yesus kepada mereka, “Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba akan tercerai-berai. Akan tetapi sesudah bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea.” Petrus menjawab, “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau,
aku sekali-kali tidak!” Yesus berkata kepadanya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Kata Petrus kepada-Nya, “Sekalipun harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” Semua murid yang lain pun berkata demikian juga.

Maka sampailah Yesus bersama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.” Yesus membawa Petrus, dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar,
lalu kata-Nya kepada mereka, “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya! Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah bersama Aku.” Yesus maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya, “Ya Bapa-Ku, sekiranya mungkin,
biarlah cawan ini berlalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Setelah itu Yesus kembali kepada murid-murid-Nya, dan mendapati mereka sedang tidur.
Maka Yesus berkata kepada Petrus, “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan! Roh memang penurut, tetapi daging ini lemah!” Lalu Yesus pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, “Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak dapat lalu kecuali kalau Kuminum, jadilah kehendak-Mu!” Dan ketika kembali pula, Ia mendapati murid-murid-Nya sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. Yesus membiarkan mereka, lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya,
dan Ia mengucapkan doa yang sama. Sesudah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka, “Tidurlah sekarang, dan istirahatlah! Lihat, saatnya sudah tiba Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat.”

Waktu Yesus masih berbicara, datanglah Yudas, salah seorang dari keduabelas murid Yesus, dan bersama-sama dia datang pula serombongan besar orang yang membawa pedang dan pentung; mereka itu suruhan imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi.

Orang yang menyerahkan Yesus telah memberitahukan tanda ini kepada mereka, “Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah!” Segera Yudas maju mendapatkan Yesus dan berkata, “Salam, ya Rabi!” Lalu ia mencium Yesus. Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Hai teman, untuk itukah engkau datang?” Maka majulah mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya. Tetapi salah seorang dari mereka yang menyertai Yesus mengulurkan tangan, menghunus pedang, dan menetakkannya kepada hamba Imam Agung, sehingga putuslah telinganya. Maka kata Yesus kepadanya, “Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, ia akan binasa oleh pedang. Atau kausangka, Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat untuk membantu Aku?
Tetapi kalau begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan bahwa harus terjadi demikian?”

Lalu Yesus berkata kepada orang banyak itu, “Sangkamu Aku ini penyamun, sehingga kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku duduk mengajar di Bait Allah,
dan kamu tidak menangkap Aku. Akan tetapi semua ini terjadi supaya genaplah apa yang tertulis dalam kitab nabi-nabi.” Lalu semua murid meninggalkan Yesus dan melarikan diri. Sesudah menangkap Yesus, mereka membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Agung. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan kaum tua-tua. Petrus mengikuti Yesus dari jauh, sampai masuk ke halaman Imam Agung.Setelah masuk ke dalam, ia duduk di antara pengawal-pengawal untuk melihat kesudahan perkara itu.

Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama, mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati. Tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta.Akhirnya tampillah dua orang, yang mengatakan,”Orang ini berkata: Aku dapat merobohkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari.” Lalu Imam Agung itu berdiri dan berkata kepada Yesus,
“Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?” Tetapi Yesus tetap diam.
Lalu kata Imam Agung itu kepada-Nya, “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau atau bukan?” Jawab Yesus, “Engkau telah mengatakannya. Aku berkata kepadamu,
mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.” Maka Imam Agung itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata, “Ia menghujat Allah!
Untuk apa kita cari saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. Bagaimana pendapatmu?” Mereka menjawab, “Ia harus dihukum mati!”

Lalu mereka meludahi wajah Yesus dan meninju-Nya; orang-orang lain memukul Dia dan berkata, “Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?” Sementara itu Petrus duduk di luar di halaman. Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, dan berkata, “Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu.” Tetapi Petrus menyangkalnya di depan semua orang, katanya, “Aku tidak tahu apa yang engkau maksud!” Ketika Petrus pergi ke pintu gerbang, seorang perempuan lain melihat dia
dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ, “Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu.”
Dan Petrus menyangkalnya pula dengan bersumpah, “Aku tidak kenal orang itu!” Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata, “Pasti engkau pun salah seorang dari mereka! Ini jelas dari bahasamu!” Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah, “Aku tidak kenal orang itu!” Dan pada saat itu berkokoklah ayam. Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya, “Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedih.

Ketika hari mulai siang, semua imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi berkumpul, dan mengambil keputusan untuk membunuh Yesus. Mereka membelenggu Dia, lalu menyerahkan-Nya kepada Pilatus, wali negeri itu. Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Yesus melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan kaum tua-tua sambil berkata, “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.” Tetapi jawab mereka, “Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!” Maka Yudas pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri. Imam-imam kepala mengambil uang perak itu dan berkata, “Tidak boleh memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan, sebab ini uang darah!” Sesudah berunding, mereka membeli dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing. Itulah sebabnya sampai hari ini tanah itu disebut Tanah Darah. Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: “Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk satu orang
menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel, dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku.”

Lalu Yesus dihadapkan kepada walinegeri, yakni Pilatus. Dan walinegeri bertanya kepada Yesus, “Benarkah Engkaukah raja orang Yahudi?” Jawab Yesus, “Engkau sendiri mengatakannya!” Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap diri-Nya, Yesus tidak memberi jawab apa pun. Maka kata Pilatus kepada-Nya, “Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?” Tetapi Yesus tidak menjawab sepatah kata pun, sehingga walinegeri itu sangat heran. Telah menjadi kebiasaan bagi walinegeri untuk membebaskan seorang hukuman pada tiap-tiap hari raya atas pilihan orang banyak. Pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya, namanya Barabas. Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus bertanya kepada mereka, “Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?” Pilatus sebenarnya tahu bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki.

Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya, “Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab dalam mimpi tadi malam aku sangat menderita karena Dia.” Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan kaum tua-tua, orang banyak bertekad meminta supaya Barabas dibebaskan, dan Yesus dihukum mati. Walinegeri menjawab dan bertanya lagi kepada mereka, “Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?” Kata mereka, “Barabas!” Kata Pilatus kepada mereka, “Kalau begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus yang disebut Kristus?” Mereka semua berseru, “Ia harus disalibkan!” Kata Pilatus, “Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?” Namun semakin keras mereka berteriak, “Ia harus disalibkan!” Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia,
malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak,
seraya berkata, “Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini! Itu urusan kamu sendiri!” Dan seluruh rakyat itu menjawab, “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!” Lalu Pilatus membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya, lalu diserahkannya untuk disalibkan.

Serdadu-serdadu walinegeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul di sekeliling Yesus. Mereka menanggalkan pakaian Yesus dan mengenakan jubah ungu pada-Nya.
Mereka menganyam sebuah mahkota duri, dan menaruhnya di atas kepala Yesus, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia,
“Salam, hai Raja orang Yahudi!” Mereka meludahi-Nya, dan mengambil buluh itu, dan memukulkannya ke kepala-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia, mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya, dan mengenakan kembali pakaian-Nya sendiri. Kemudian mereka membawa Yesus ke luar untuk disalibkan.

Ketika berjalan ke luar kota, mereka berjumpa dengan orang dari Kirene yang bernama Simon. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus. Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota,
artinya: Tempat Tengkorak. Lalu mereka memberi Yesus minum anggur bercampur empedu. Setelah mengecapnya, Yesus tidak mau meminumnya.

Sesudah menyalibkan Yesus, para serdadu membagi-bagi pakaian Yesus dengan membuang undi. Lalu mereka duduk di situ menjaga Dia. Di atas kepala Yesus terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum:
“Inilah Yesus Raja orang Yahudi.” Bersama Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya. Orang-orang yang lewat di sana menghujat Yesus, dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata, “Hai Engkau yang mau merobohkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu! Jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib!” Demikian juga imam-imam kepala bersama ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Yesus dan berkata, “Orang lain Ia selamatkan,
tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Dia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib, dan kami akan percaya kepada-Nya! Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: biarlah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata, ‘Aku adalah Anak Allah’.” Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama dengan Yesus, mencela-Nya demikian juga.

Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring, “Eli, Eli, lama sabakhtani? Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata, “Ia memanggil Elia!”
Dan segera mendekatlah seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Tetapi orang-orang lain berkata,
“Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia.” Yesus berseru pula dengan suara nyaring,  lalu menyerahkan nyawa-Nya.

(Semua hening sejenak merenungkan wafat Tuhan)

Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, dan terjadilah gempa bumi. Bukit-bukit batu terbelah, kubur-kubur terbuka, dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. Dan sesudah kebangkitan Yesus, mereka pun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus, dan menampakkan diri kepada banyak orang. Ketika menyaksikan gempa bumi dan apa yang telah terjadi, kepala pasukan dan prajurit-prajurit yang menjaga Yesus lalu berkata, “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah.” Ada pula di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia.
Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf,dan ibu anak-anak Zebedeus.

Menjelang malam, datanglah seorang kaya, orang Arimatea, yang bernama Yusuf,yang telah menjadi murid Yesus juga. Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta jenazah Yesus. Pilatus memerintahkan supaya jenazah Yesus diserahkan kepadanya. Yusuf pun mengambil jenazah itu, mengapaninya dengan kain lenan yang putih bersih, lalu membaringkannya di dalam kuburnya yang baru, yang digalinya di dalam bukit batu. Sesudah menggulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu, pergilah ia. Tetapi Maria Magdalena dan Maria yang lain tinggal di situ, duduk di depan kubur. Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala bersama orang-orang Farisi menghadap Pilatus. Kata mereka kepada Pilatus, “Tuan, kami ingat,
bahwa si penyesat itu, sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati. Penyesatan yang terakhir ini akan lebih buruk akibatnya daripada yang pertama.” Kata Pilatus kepada mereka, “Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya.” Maka pergilah mereka, dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur Yesus dan menjaganya.

Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan

Di masa kampanye para calon pemimpin, spanduk-spanduk berisi program dan dukungan bagi masing-masing calon bertebaran di jalan-jalan. Akan tetapi, pada saat seorang calon terpilih dan mulai menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, orang-orang yang dahulu mendukungnya kini berubah sikap. Seorang pemimpin harus selalu siap kehilangan pendukung, sekaligus diuji apakah akan tetap mempertahankan komitmennya. Pada waktu menghadapi Pilatus, Yesus tidak segera mengiyakan pertanyaan apakah Ia raja orang Yahudi. Yesus hanya menjawab, ”Engkau sendiri mengatakannya” (Mat. 27:11). Kalau orang menyangka bahwa Yesus adalah raja seperti dalam pandangan dunia, jawabannya mudah: Ia bukan raja yang seperti itu. Seluruh kisah sengsara dan penyaliban Yesus menunjukkan raja seperti apakah Ia, sebab di dalam kerajaan-Nya hanya ada keselamatan dan kehidupan. Gambaran Hamba Tuhan dari Nabi Yesaya mewakili sosok pemimpin yang lemah lembut dan rendah hati, yang menghadapi kekerasan dunia dengan kesetiaan dan ketabahan ”seorang murid” (Yes. 50:4-7). Pemimpin seperti inilah yang diperlukan oleh dunia kita, yang mempengaruhi lewat kesaksian diri yang lemah lembut dan rendah hati.

Orang-orang kristiani dipanggil untuk menjadi saksi-saksi yang setia serta untuk mempengaruhi dunia dengan kesetiaan dan keteguhan seorang murid. Kita bisa menjadi pemimpin dengan cara kita masing-masing, yakni dengan menebarkan kasih dan semangat hidup kepada semua orang.

Yesus, bantulah kami agar mampu menjadi saksi kasih-Mu. Amin.

Sumber renungan: Ziarah Batin 2019, OBOR Indonesia

Baca juga: Ulasan Eksegetis Bacaan Minggu Palma