Pada tanggal 2 September 1792, suatu himpunan kira-kira beberapa ratus orang banyaknya mengadakan huru-hara dan menyerbu bangunan yang dulunya biara. Sekarang biara itu difungsikan sebagai penjara bagi para imam dan kaum religius. Khalayak ramai mendatangi para imam dan memaksa mereka menandatangani sumpah. Setiap imam menolak mentah-mentah; setiap imam itu dibantai di tempat. Di antara para martir adalah Beato Alexander Lenfant, seorang Yesuit. Hanya beberapa menit sebelum wafat dimartir, ia masih melayani Sakramen Tobat pada seorang rekan imam. Keduanya tewas beberapa saat kemudian.
Para perusuh lalu pergi ke Gereja Karmelit yang juga dialihfungsikan sebagai penjara. Beato Yohanes, Uskup Agung Arles, dan para uskup serta para imam lainnya ditahan di sana. Semuanya menolak mengucapkan sumpah dan semuanya tewas dibantai. Pada tanggal 3 September, para perusuh yang sama menuju ke Seminari Lazaris. Seminari ini juga dialihfungsikan sebagai penjara sementara dengan sembilanpuluh imam dan kaum religius di dalamnya. Dari antara mereka, hanya empat orang yang lolos dari maut.
Pada waktu Revolusi yang mengerikan ini berakhir, 1500 umat Katolik tewas dibantai. Termasuk di antara mereka adalah para uskup, imam dan kaum religius. Para martir yang kita rayakan pestanya pada hari ini berjumlah 191 orang. Mereka dimaklumkan “beato” pada tahun 1926 oleh Paus Pius XI.
Pantaslah pada hari ini kita berdoa bagi mereka semua yang menderita akibat dan mereka semua yang melakukan tindak kekerasan yang tak berperikemanusiaan.
Teks: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Kredit Foto: Beato Yohanes, Uskup Agung Arles, Perancis, yesaya.indocell.net
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.