Ketika Henry telah terlalu tua dan lemah untuk dapat bekerja, seorang sahabat bernama James Castagnolis membawanya masuk ke dalam rumahnya sendiri. Castagnolis memberinya sebuah kamar tempat tinggal dan makanan apabila Henry menghendakinya. Beato Henry bersikukuh hidup bergantung pada amal kasih penduduk Treviso. Mereka murah hati dalam amal kasih mereka berupa makanan, sebab mereka tahu Henry membagikan amal kasih mereka kepada banyak orang yang miskin dan tak memiliki tempat tinggal. Pada masa akhir hidupnya, Henry nyaris tak dapat berjalan. Orang memandang kagum sementara orangtua ini menyeret diri ke gereja untuk ikut ambil bagian dalam Misa pagi. Seringkali pula ia mengunjungi gereja-gereja setempat lainnya, dengan terseok-seok maju ke setiap tujuan.
Betapa misteri yang terkandung dalam diri orang saleh ini. Ketika ia wafat pada tanggal 10 Juni 1315, orang banyak memadati biliknya. Mereka menginginkan sebuah relikwi, sebuah kenangan. Dan mereka menemukan harta bendanya: pakaian kasar matiraga, sepotong balok kayu yang adalah bantalnya, dan setumpuk jerami yang adalah tempat pembaringannya. Jenazah Henry dipindahkan ke katedral agar semua orang dapat menyampaikan hormat mereka. Lebih dari duaratus mukjizat dilaporkan terjadi dalam beberapa hari sesudah wafatnya. Henry dari Treviso dimaklumkan sebagai “beato” oleh Paus Benediktus XIV.
Kesahajaan dan kemurahan hati menandai hidup orang kudus ini. Bagaimanakah aku mengamalkan hidupku sebagai seorang Kristiani?
Sumber: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Credit Photo: Beato Henry dari Triveso, parokiarnoldus.net
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.