Pangeran Charles dari Flanders, dijuluki “yang Baik” oleh rakyat dalam kerajaannya. Mereka menyebutnya demikian karena mereka melihat memang demikianlah ia adanya. Charles adalah putera St. Canute, raja Denmark. Ia baru berusia lima tahun ketika ayahnya dibunuh pada tahun 1086. Ketika dewasa, Charles menikah dengan seorang wanita muda yang baik hati bernama Margareta. Charles seorang penguasa yang lembut serta adil. Rakyat percaya kepadanya dan kepada kebijaksanaannya. Charles berusaha untuk menjadi teladan dari apa yang diharapkannya dari rakyatnya.
Sebagian kaum bangsawan menuduh Charles tidak adil dengan memihak kaum miskin dan mengalahkan kepentingan kaum kaya. Charles menjawab dengan bijaksana, “Itu adalah karena aku sungguh menyadari kebutuhan-kebutuhan kaum miskin dan ketidakpedulian kaum kaya.” Kaum miskin dalam kerajaannya mendapatkan makanan setiap hari dari istananya.
Charles memerintahkan untuk menanam bahan makanan dengan berlimpah agar rakyat dapat makan kenyang dengan harga yang pantas. Beberapa pedagang kaya mencoba menimbun panenan agar dapat menjualnya dengan harga yang amat mahal. Charles yang Baik mendengar tentang hal itu serta memaksa mereka untuk segera menjualnya dengan harga yang pantas. Seorang ayah yang berpengaruh beserta anak-anaknya juga telah ditegur oleh Charles karena siasat licik mereka. Maka mereka kemudian bergabung dengan sekelompok kecil musuh yang ingin membunuh Charles.
Pangeran berjalan telanjang kaki setiap pagi untuk menghadiri Misa dan tiba lebih awal di gereja St. Donatian. Ia melakukannya dalam semangat silih. Ia rindu untuk memperdalam kehidupan rohaninya bersama Tuhan. Para musuhnya tahu bahwa ia pergi ke gereja dan tahu juga bahwa ia biasa berdoa sendirian sebelum Misa. Banyak orang yang mengasihi Charles mengkhawatirkan keselamatan dirinya. Mereka memperingatkannya bahwa perjalanannya ke St. Donation dapat menyebabkannya celaka. Charles menjawab, “Kita senantiasa berada di tengah-tengah bahaya, tetapi kita ini milik Tuhan.” Suatu pagi, sementara ia berdoa sendirian di depan patung Bunda Maria, para penyerangnya membunuh dia. Charles wafat sebagai martir pada tahun 1127.
“Kita senantiasa berada di tengah-tengah bahaya, tetapi kita ini milik Tuhan.”
Sumber:“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Imam diosesan (praja) Keuskupan Weetebula (Pulau Sumba, NTT); misiolog, lulusan Universitas Urbaniana Roma; berkarya sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KWI, Juli 2013-Juli 2019