“Awas torpedo!” seru seorang anggota kelompok. Permainan perang kapal mendatangkan sorak sorai ceria dari mahasiswa/i semester IV STP St. Bonaventura. Kerjasama dan konsentrasi mereka sungguh diuji, sehingga senyum mereka dipenuhi ketegangan. Hari terakhir rangkaian pelatihan public speaking tiba, tetapi semangat tidak surut.
***
Mereka belajar mengenai bahasa tubuh sebagai aspek terpenting dalam public speaking. “Menurut saya, kontak mata dan gerakan tangan adalah bagian terpenting dalam aspek body language. Kekuatan pengaruh dari body language sendiri sampai 55% dari seluruh aspek komunikasi. Dari dua hal itu, pendengar bisa tahu apakah pembicara percaya diri dan menguasai materi,” ujar Frans Budi Santika, mentor pelatihan ini dalam sesinya.
Praktik demi praktik dijalani, para peserta bergantian mencoba berbicara di depan teman-temannya sendiri. Mereka bersimulasi untuk menjadi pembuka sebuah acara: ada yang berpura-pura memegang mic dengan sekuntum bunga atau pena.
“Mereka jauh lebih percaya diri, karena sudah tahu trik mengatasi rasa gugup. Cara bicara mereka lebih elegan, ekspresi lebih total dan hidup. Kemudian, khususnya, berani melakukan kontak mata kepada setiap audience dengan teknik yang tepat. Mengingat sebelumnya, tatapan mereka cenderung sembarangan: ada yang menatap langit, ke bawah,” kata Frans menilai perkembangan peserta pelatihan ini.
Hal serupa dirasakan praktis oleh Yansen Petrus Sitanggang, seorang peserta. “Dari segi teori, banyak sekali yang saya peroleh. Dari segi praktik, saya lebih percaya diri dan tahu sistematika sebuah acara. Namun yang pasti, kebersamaan antarmahasiswa lebih terjalin selama pelatihan ini,” ungkap Yansen.
Ia mengusulkan supaya pelatihan ini diadakan sebelum mengadakan weekend pastoral: sebuah acara rekoleksi. Pasalnya apa yang dilatih akan berguna: berbicara di depan gereja, memberikan renungan, membina anak Minggu Gembira.
Sebagai materi terakhir rangkaian pelatihan, Frans membagikan cara merancang isi topik pembicaraan secara sistematis tapi juga menarik.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.