Beranda BERITA Anak-anak Milenial Harus Kepo

Anak-anak Milenial Harus Kepo

SALAH satu narasumber Seminar Nasional “Memperkokoh NKRI melalui Media Digital”, Direktur Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik, Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Drs. Selamatta Sembiring, M.Si. mengingatkan kaum muda milenial untuk berani “kepo”. Artinya, kaum muda harus berusaha tahu berbagai informasi dan tidak mudah untuk percaya.
Seminar dalam rangka Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) ke-6 di Aula Paroki Santo Fransiskus Assisi, Keuskupan Agung Makassar, Senin, 27/5, merupakan hasil kerja sama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dengan Kementerian Kominfo RI.

Sembiring mengingatkan agar kaum muda semakin akrab dengan media sosial dan jangan sampai mudah percaya pada berita bohong atau hoaks. “Jadilah anak muda milenial yang ‘kepo’, tahu banyak informasi, serta berusaha tidak mudah percaya. Perlu dilihat dari mana sumber berita agar tidak membawa petaka bagi sesama,” tutur Sembiring.
Sembiring juga menjelaskan historiografi revolusi industri secara sederhana mulai dari revolusi industri 1.0 hingga 4.0, yang berdampak luar biasa dalam perkembangan komunikasi. “Munculnya teknologi siber dan seterusnya sangat besar dalam dunia komunikasi. Di era digital ini, banyak perubahan yang terjadi. Jika ingin maju, kita harus berani masuk dalam perubahan itu,” tukasnya penuh semangat.


Selain Sembiring, hadir sebagai narasumber dalam seminar nasional ini, yaitu Sekjen Kementrian Kominfo RI, Dra. R. Niken Widiastuti, M.Si.; Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI, Drs. Eusabius Binsasi; pakar teknologi dan komunikasi, Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc., M.B.A., M.Phil., M.A.; dan mantan Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Trias Kuncahyono.

Seminar Nasional ini pun dibuka oleh Sekjen KWI, Mgr. Anton Subianto Bunjamin, OSC. Di awal acara, Mgr Anton menegaskan agar hoaks sedini mungkin dapat dihindari sehingga tidak berdampak buruk bagi banyak pihak.
Bagi Sembiring, perubahan pola pikir dan pola kerja akan membawa kesuksesan luar biasa. “Kaya secara materi apakah akan membuat orang juga menjadi kaya secara moral dan spiritual? Perlu perubahan mental, moral, dan spiritual. Tanpa hidup spiritual yang baik akan meredupkan banyak hal. Bangunlah persahabatan jejaring menuju keharmonisan insani. Gereja sambut baik revolusi indutri 4.0,” jelas Sembiring.
Hal itu sebenarnya senada dengan yang diungkapkan Mgr Anton dalam pesan pembukaan di awal acara seminar. “Media sosial hadir untuk manusia, bukan sebaliknya. Mari kita jadikan media sebagai alat untuk mewartakan Kabar Sukacita Injil,” ucap Mgr. Anton. (Romo Ino-Atambua/RBE)