Beranda KWI Alois Wisnuhardana: Media Sosial Mengubah Wajah Dunia

Alois Wisnuhardana: Media Sosial Mengubah Wajah Dunia

Kepala Desk Social Media Crisis Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Alois Wisnuhardana / Fotografer : Abdi Susanto

PERKEMBANGAN teknologi dari masa ke masa telah berevolusi dan mengubah banyak hal. Pun hari ini, media sosial juga tengah mengubah wajah dunia. Staf Khusus Kantor Presiden Bidang Sosial Media Center, Alois Wisnuhardana dalam Forum Dialog dan Literasi Media, menjelaskan bahwa dalam kurun waktu 5-10 tahun belakangan telah terjadi kegalauan sosial di berbagai belahan dunia. Sebut saja di Tunisia, Timur Tengah seperti Suriah, Irak serta munculnya fenomena Revolusi Arab Spring.

“Tak hanya itu bahkan di Amerika, yang dikenal sebagai negara yang sangat maju pun saat pilpres kemari juga dipicu oleh isu agama,”ujar Wisnu, di Lembang, Bandung, Sabtu (14/10) .

Amerika latin, sepeti Venezuela hari ini juga sedang dilanda konflik menyebabkan banyak warganya mengungsi ke Brazil. Asia Timur, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan sedang memanas akibat diluncurkannya rudal oleh Korea Utara. Di Asia Tenggara, kasus Rohingya, di Filipina kasus Marawi muncul sebagai akibat propaganda di media sosial. “Indonesia pun tak luput dari persoalan ini,”ujarnya.

Ia menyebut semua kegalauan sosial yang terjadi di beberapa negara tersebut akibat cepatnya informasi yang beredar di media sosial. Sementara pengetahuan masyarakat tentang media sosial masih sangat rendah. “60 persen mereka tidak punya pengetahuan. Tabungan tidak penting yang penting eksis,”ujar Wisnu.

Bisa dibayangkan, kata Wisnu, bila semua informasi yang belum tentu kebenarannya dianggap benar. Informasi, atau video yang sepotong lalu dinarasikan mampu mengaduk-aduk emosi seseorang. Terkait hoaks atau berita palsu Wisnu menjabarkan karakteristik hoaks.

“Hoaks disukai karena mempermudah menciptakan ketakutan, kecemasan, permusuhan, dan provokasi. Menngugah emosi dan propaganda. Sumber tidak jelas hanya dari satu sisi, menyerang atau membela, mencuri otoritas, mencatut tokoh atau media terkenal,”jelas mantan Pemred Group Majalah Kompas Gramedia.

Merespon hal ini, lebih lanjut Wisnu menegaskan perlunya Interaksi dan Literasi Media. “Lakukan interaksi ke lingkungan sekolah, kelompok seni, kelompok olah raga Anda. Karena korban media sosial yang dipolisikan umurnya di bawah 20 tahun. Kecuali yang Saracen karena motif ekonomi, politik dan ideologi. Oleh karena itu kalau ada yang melakukan literasi media ke lingkungan sosial, Anda akan memiliki portofolio positif,”ajak Wisnu.