ALAT-alat komunikasi yang berkembang zaman sekarang semestinya membuat kita menjadi manusia yang terhormat dan bermartabat. Paus kita meminta agar alat komunikasi yang digunakan dapat membantu kita berjumpa dengan orang lain untuk membangun persaudaran, relasi yang sejati saling menghormati dan menghargai

“Sekarang ini ada dosa baru dengan adanya handphone, yakni gosip. Bukan gosip dengan kata-kata melainkan dengan jari. Bully menjadi tren. Jangan dianggap ini hal yang biasa. Alat komunikasi tidak semestinya menjadikan orang lain tidak dihormati,” ujar Mgr. Petrus Turang dalam ekaristi penutupan Pekan Komunikasi Sosial Sedunia ke-48 secara nasional di Katedral Roh Kudus, Keuskupan Weetebula, Sumba, Minggu (1/6/ 2014).

Alat-alat in, demikian menurut Monsinyur Turang, begitu dia biasa disapa, harus dilihat sebagai anugerah dari Allah. Seperti kata Paus, alat komunikasi ini harus membantu manusia membangun relasi persaudraan, komunikasi persaudaran dimana setiap orang berkembang, bermartabat.

Di zaman modern ini, baik di kota atau di pedesaan, kebanyakan orang sudah memegang hape. “Kalau petani sedang memegang hape di ladang sementara mulutnya komat-kamit. Tidak tahu apakah dia sedang berbicara dengan kerbau,” seloroh Monsinyur.

Jika alat-alat modern ini tidak dimengerti dengan baik yakni untuk membangun suatu hubungan yang manusiawi, kita bisa tersesat. Seperti ditulis dalam Surat Paulus kepada jemaat di Galatia 5:22-23 menyebutkan bahwa buah roh adalah kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.

“Itulah seharusnya hasil dari penggunaan alat-alat komunikasi. Jangan merasa seakan-akan dengan mengikuti kemajuan teknologi komunikasi, kepribadian kita sudah berkembang. Itu tidak benar,” ujar Monsinyur.

Kalau kita menggunakan alat-alat ini ( media komunikasi), kita semestinya dikenal sebagai murid-murid Yesus yang bertanggung jawab, bermartabat, kata Mgr. Piet Turang menegaskan.

Pekan Komsos ditutup

Pekan Komunikasi Sosial Sedunia ke-48 yang diselenggarakan di Keuskupan Weetebula resmi diakhiri dengan Perayaan Ekaristi konselebrasi, dengan selebran utama Ketua KOMSOS KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) Mgr. Petrus Turang. Ratusan jemaat memenuhi Gereja Katedral Roh Kudus Minggu pagi ini.

Perayaan terasa begitu meriah dengan penampilan para penari yang menampilkan tarian-tarian  tradisional Sumba mengiringi para pastor dan uskup saat memasuki gedung gereja dan saat persembahan berlangsung. Demikian juga tim paduan suara yang menyanyikan mars komunikasi. Suasana terasa luar biasa dan istimewa bila dibanding dengan perayaan-perayaan ekaristi lainnya.

Keterangan foto: Ketua Komsos KWI   Mgr. Petrus  Turang pada misa penutupan Pekan Komunikasi Sosial Sedunia ke-48 di Gereja Katedral Roh Kudus, Keuskupan Weetebula, Sumba. (Sesawi.Net/Dio Bowo)