“MENULIS ITU TIDAK SULIT,” ucap seluruh mahasiswa Sekolah Tinggi Pastoral (STIPAS) Tahasak Danum Pambelum yang mengikuti pelatihan Penulisan Produktif, siang ini (24/11).

Sesi pertama pelatihan yang disampaikan oleh Budi Sutedjo, D.O., S.Kom, M.M. dan Maria Herjani Sanusi, S.T. ini mengajak peserta untuk brainstorming mengenai seluk beluk menulis, terutama menulis pastoral.

“Buku bisa diteruskan untuk orang lain, bisa alih generasi. Informasi melalui buku bisa disebarkan ke tempat yang jauh, bahkan hingga luar negeri,” ungkap Maria saat berbicara tentang manfaat menulis buku.

Awal pelatihan menggunakan metode kata mutiara: “Menulis menjadikan proses belajar tiada berhenti.” Peserta juga diminta untuk menulis kata mutiara menurut pribadi masing-masing, kemudian ditukar dengan orang lain untuk berbagi pikiran dan pendapat.

Berikut beberapa kata mutiara dari peserta:
“Menulis adalah pengalamanku yang tidak terlupakan dan dapat dibaca kapan saja,” – Paula
“Menulis adalah cara kita untuk mengenal segala sesuatu,”- Yuyun
“Jika bibir tidak mampu lagi untuk mengungkapkan segala isi hati, maka tuliskanlah itu,” -Christiana.

“Anak kami sudah menulis 11 buku sejak 5 SD, jadi tidak ada batasan usia untuk mulai menulis,” ujar Budi dalam sharing-nya pada siang ini (24/11). Budi menghimbau para peserta untuk terus menulis dalam perihal pastoral, “Gereja menunggu tulisan kita. Misalnya, ada tafsir Injil Markus menurut Rosi (salah satu peserta),” kata Budi disambut tawa ceria para peserta.

Peserta diajak untuk menuliskan target mereka setahun ke depan di secarik kertas, kemudian dilipat menjadi pesawat kertas. Mereka akan menerbangkannya dan mengambil satu untuk saling bertukar pikiran.

Di sesi kedua, para peserta dibekali dengan karakteristik penulisan fakta, dan mereka mempraktikkan penulisan fakta di sesi ketiga.