PW SP Maria, Ratu Rosari
Gal 1:13-24, Luk 10:38-42:
Aksi dan kontemplasi
“Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani.” (Luk 10:39-40)
Sebagaimana kebiasaan yang sering dilakukan Yesus, hari itupun Ia mengadakan perjalanan bersama para murid-Nya, lalu sampailah di suatu kampung tempat dimana Marta dan Maria tinggal. Tentu pada saat itu Yesus sudah dikenal, bahkan termashur dan dinantikan kehadiran-Nya diantara rakyat kecil. Marta dan Maria pun tidak ingin membiarkan peristiwa emas lawatan Yesus di kampungnya berlalu begitu saja. Maka dengan senang hati mereka menerima kehadiran Yesus di rumah mereka, karena itulah peristiwa lawatan Yesus, yang dinantikan oleh Mata dan Maria.
Marta dan Maria sebenarnya memiliki kerinduan yang sama untuk menyambut kehadiran Yesus, tetapi masing-masing membawa cara dan keunikannya sendiri. Cara menyambut kehadiran Yesus yang dilakukan Marta adalah dengan aktif: melayani, menjamu Yesus dengan para murid yang saat itu tentu amat lelah, haus dan lapar setelah berjalan melewati kampung-kampung. Sedangkan cara pelayanan yang dilakukan Marta ini sangat tepat pada peristiwa itu. Maria mengambil cara kontemplatif: dengan duduk, mendekat dan mendengarkan perkataan Yesus.
Kedua sikap yang dilakukan Marta dan Maria amat baik. Sebelumnya Marta mengira bahwa caranya menyambut kehadiran Yesus adalah yang terbaik daripada sikap Maria. Yesus menegur Marta bukan karena Marta sibuk melayani, tetapi karena Marta telah membuat penghakiman atas Maria: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” padahal menurut Yesus tidaklah demikian: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”(Luk. 10:40-42). Sikap kedua wanita itu menggambarkan dua dimensi pertemuan manusia dengan Yesus, yaitu segi aksi dan kontemplasi.
Demikianlah juga hidup kita, selalu diwarnai oleh kesibukan karya keseharian dan sekaligus perlunya menimba kekuatan dari keheningang doa. Ora et Labora! Keseimbangan antara karya dan doa, antara dimensi Marta dan Maria merupakan dua segi hidup kita untuk berjumpa dengan Yesus yang hadir dan melintasi dalam hidup kita. Ketika berat sebelah, misalnya: mementingkan karya semata tanpa kontemplasi, maka karya kita sehari-hari hanya menjadi rangkaian kesibukan yang tanpa makna, kering dan mudah kehilangan api kehidupan. Cepat marah, mudah putus asa, cepat menyerah dan mudah berhenti berjuang! Demikian juga, jika kita hanya mengandalkan kontemplasi saja dan bermalas-malasan, kita telah mencobai Tuhan!
Kapan kiranya Yesus melintas dalam kehidupan kita? Atas cara bagaimana Yesus melawati hidup kita? Yesus melintas dalam peristiwa hidup kita, melalui kehadiran seseorang, atau orang banyak yang sedang membutuhkan pertolongan kita: mereka yang sakit, mereka yang miskin-serba kekurangan, terlebih dalam diri orang-orang yang menderita karena kekurangan bahan pangan, yang saat ini banyak dijumpai di belahan dunia ini. Di situlah aksi nyata, campur tangan kita dibutuhkan! Disitulah saat kita sedang duduk di kaki Yesus dan mendengarkan sabda-Nya yang menjadi sumber mata air dan mengalir ke dalam pelayanan-pelayanan kita.
Pertanyaan reflektif:
Ketika kita sedang berkarya, apakah kita sungguh melayani sesama? Saat kita sedang berdoa, apakah sungguh kita sedang duduk mendengarkan Yesus?
Doa:
Ya Tuhan Yesus, ajarilah kami hidup dalam keseimbangan antara karya dan doa, agar kami semakin dekat dengan sesama dan semakin erat menyatu dengan-Mu. (RP Leo Sugiyono,MSC)
Keterangan foto: Yesus berdoa dihadapan BapaNya, ilustrasi dari it.wikipedia.org
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.