TANTANGAN orangtua dalam mendidik anak di zaman sekarang ini makin besar. Budaya baru sedang berkembang yang memengaruhi pendidikan anak antara lain gaya hidup kirim pesan pendek alias sms dan chating (interaktif), berselancar di internet dan website juga ngeblog, berbagi cerita an foto di email, facebook, twitter serta pamer di sosmed dengan tongsis alias tongkat narsis.
“Anak-anak zaman sekarang dibawa pada kecenderungan menjadi yang terbaik, terbaru, dan mendapatkan segalanya sekarang juga,”ujar Pakar Teologi Komunikasi RD. Yustinus Ardianto, M.A dalam seminar bertajuk Parenting 3.0, Menjadi Orangtua di Era Sosial Media yang diselenggarakan Komsos Konferensi Waligereja Indonesia di Gedung KWI, Sabtu (25/04/2015).
Budaya persaingan, kata Romo Yus, dan budaya isntan semakin menunjukkan sisi destruktif dalam perkembangan kepribadian dan iman seseorang. Padahal iman cenderung dan berkesan lambat, harus ada kesabaran dan menunggu.
Sekarang ini, kata Romo Yus, kalau ketemu orang tua, guru, pemuka agama, ekspresi anak cenderung merenggut. Namun kalau ketemu teman sebaya alias mutual friend, mukanya langsung berubah ceria. “Jadi, ini tantangan orangtua (kita) di era online media,”tegas Romo Yus.
Karena itu orangtua harus paham strategi mendekati anak. Kuncinya seperti ini, tell me, I’ll forget. Show me, I’ll remember. Involve me, I’ll understand. Itu artinya, orangtua tidak bisa sekadar berbicara, tetapi harus memberi contoh dan terlibat. “Kalau mau ngajar anak-anak belajar sedikit, mainnya yang harus banyak dengan contoh-contoh kasus,”tegas Yus.
Orangtua zaman sekarang justru terlalu memanjakan anak dan ingin agar anak jangan sampai susah. Itu yang salah. “Karena itu beri anak pengalaman di alam liar,”tegas Yus.
Menurut Romo Yus, ketika manusia semakin mekanik dan materialistis, nilai spiritual menjadi sulit masuk. Ketika seseorang terbiasa mendapat apa pun secara instan, nilai pengorbanan diri, mati raga, bertahan dalam penderitaan semakin tidak bisa dipahami.
Mantan Jesuit, Pendiri Sesawi.Net, Jurnalis Senior dan Anggota Badan Pengurus Komsos KWI