MELANJUTKAN literasi UU ITE, RD Kamilus Pantus menyajikan fenomena penyiaran Indonesia. “Ada beberapa program yang ingin lebih diminati pemirsa, maka yang dihadirkan bukan pendidikan positif, tetapi apa yang dimaui masyarakat. Pemirsa Indonesia cenderung penikmat tanpa menjalankan fungsi kritis sebagai penonton,” ungkapnya. Acara lucu yang belum tentu bernilai moral membuat pemirsa hanya menikmati dan tertawa tanpa menggunakan akal budi untuk menimbang apakah yang disajikan adalah hal baik?
Menyiasati situasi ini, RD Kamilus mengajak peserta pelatihan Story-Telling STIPAS Tahasak Danum Pambelum untuk menjadi pengguna internet yang bertanggung jawab. “Satu kebenaran yang pasti, opini publik di internet tidak menggambarkan kebenaran opini sejati. Namun, mencari dan menyebarkan informasi yang baik dan benar adalah tanggung jawab semua orang, termasuk kita, para katekis,” tutupnya. Acara dilanjutkan dengan pelatihan yang dibawakan oleh RD Teguh Budiarto.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.