SEJAK usia kecil, Dominikus telah memutuskan rencana seluruh hidupnya: menjadi Kristen sejati. Impian ini diperkuat setelah ia mendengar kotbah St. Yohanes Don Bosco: ia memutuskan ingin menjadi seorang santo. Dari situ, hidupnya penuh dengan cinta kasih dan kemurahan terhadap sesamanya.
Suatu hari, dua anak di sekolahnya pernah mengisi kompor sekolah dengan salju dan sampah. Sekembali gurunya, mereka menuduh Dominikus atas perbuatan itu. Ia dihukum di depan kelas, dan diam tanpa menyatakan bahwa ia tidak bersalah. Saat ketahuan, ia ditanya kenapa tidak mengaku bahwa ia tidak melakukannya. Dominikus menekankan bahwa ia sedang mengikuti Yesus Kristus, yang juga diam ketika penghukuman dan penyaliban-Nya.
Di usia 15 tahun, ia menderita sakit keras sehingga harus dikirim pulang. Penyakitnya malah tambah parah. Setelah menerima Hosti Kudus, tanpa rasa takut akan kematian, ia meninggal -dengan rasa syukur karena akan masuk surga. St. Dominikus Savio adalah pelindung anak lelaki paduan suara dan orang yang salah dakwa
sumber: disadur dari catholic.org dan santibeati.it
kredit gambar: stdominiclko.info
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.