Tanggal 29 Oktober merupakan hari terakhir Sidang Umum FABC. Sidang hari ini dimulai dengan Ekaristi Kudus yang dipimpin oleh H.E. Charles Kardinal Bo, Uskup Agung Yangon, Myanmar dan Presiden FABC, bertepatan dengan perayaan hari ulang tahunnya. H.E. Kardinal Bo memimpin para peserta sidang di Adsumus. Doa pagi dipersiapkan oleh Kazakhstan dan dipimpin melalui video yang disiapkan oleh Suster Irene Alberto dari Suster Consolata.
H.E. Luis Antonio Kardinal Tagle, Utusan Kepausan untuk Konferensi dan Pro-Prefek Dikasteri untuk Evangelisasi, berbicara tentang konteks kaum muda saat ini, lanskap yang berubah dari media sosial dan kecerdasan buatan, dan dampaknya terhadap penginjilan. Ia menyoroti bagaimana media sosial telah mengubah identitas diri kaum muda, perasaan dan empati mereka terhadap orang lain, bagaimana kecepatan dan batas media memengaruhi kemampuan mereka untuk menyimpulkan, menganalisis dan berempati secara kritis, kemampuannya membaca secara mendalam, dan bahayanya. kejahatan digital dan monopoli media oleh bisnis. H.E. Kardinal Tagle menggambarkan media sosial tidak hanya merupakan sarana untuk menghubungkan satu sama lain, tetapi juga sarana ampuh untuk menciptakan kemanusiaan baru. Mwengingat bahwa media sosial dan komunikasi digital itu merupakan dunia mempunyai aturannya sendiri, H.E. Kardinal Tagle menyimpulkan bahwa “media sosial adalah dunia yang membutuhkan penginjilan”.
Uskup Adrianus Sunarko OFM menyampaikan draf akhir Pesan dari Sidang Umum FABC kepada umat Asia. Presentasi ini diikuti oleh pemungutan suara, dan draf akhirnya disahkan.
Uskup Pablo Virgilio David, anggota Komisi Dokumen Akhir, mempresentasikan draf akhir Skema Dokumen Akhir, menjelaskan perbaikan-perbaikan yang telah dibuat. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi pleno.
Pada sore harinya, H.E. Luis Antonio Kardinal Tagle berbicara kepada para Uskup secara pribadi. Setelah itu dilanjutkan dengan padnangan terakhir atas Dokumen Akhir dan pemungutan suara. P. Bill LaRousse menjelaskan beberapa hal teknis menyangkut proses bagaimana Sinode Benua itu akan dilaksanakan.
H.E Charles Kardinal Bo menyampaikan pidato terakhir. Ia bersyukur kepada Allah atas anugerah di hari-hari terakhir ini, Ia menggambarkan Gereja Asia sebagai gereja kaum miskin, kaum muda, dan dialog, dan berbicara tentang kemajuan besar yang telah dicapai Gereja dalam lima puluh tahun terakhir ini. Dia mengucapkan terima kasih kepada tuan rumah Sidang – H.E. Kardinal Kriengsak, H.E. Kardinal Gracias atas bimbingannya, atas Gereja di Thailand, dan atas semua orang yang hadir untuk semua pekerjaan yang dilakukan.
Malam itu ditutup oleh H.E. Kardinal Gracias yang memimpin para peserta sidang masuk dalam Litani Orang-Orang Suci Asia dan doa Angelus.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.