Beranda KWI 5 Prinsip Praktis Wawancara

5 Prinsip Praktis Wawancara

ATAMBUA, Mirifica.net – Menghasilkan sebuah tulisan berita yang baik dan efektif memang gampang-gampang susah, terutama bagi para penulis pemula. Untuk itu, penulis perlu berpegang pada prinsip-prinsip praktis saat mewawancarai narasumber. Paling tidak ada 5 prinsip praktis yang harus dimiliki oleh pewawancara.

Hal itu disampaikan oleh Abdi Susanto dalam sesi ke-3 pelatihan jurnalistik dan lay out pada Kamis 26/2/2015, di Emaus Pastoral Center Keuskupan atambua.

Abdi menyebut 5 prinsip praktis wawancara sebagai berikut:

Pertama, wawancara merupakan merupakan sebuah konversasi antara dua orang atau lebih. Berita yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan dapat digali melalui percakapan antara dua orang atau lebih.

Kedua, bertanyalah seperlunya sesuai dengan maksud dan tujuan penulisan berita. Dengan prinsip ini, seorang wartawan berupaya sedemikian rupa agar dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya.

Ketiga, prinsip menambang berton-ton biji untuk mendapatkan satu gram emas. Artinya, dengan banyaknya informasi yang sudah diperoleh, penanya berupaya untuk mendapatkan intisari atau pesan utama yang hendak diberitakan.

Keempat, penanya perlu membuat narasumber menikmati suasana selama tanya jawab. Bila perlu, narasumber dibiarkan untuk merasa bahagia saat menjawab pertanyaan. Sebab dengan membangun situasi seperti ini, narasumber tidak akan merasa canggung dan tegang saat berbicara.

Kelima, narasumber perlu dibiarkan bebas menjawab apa yang dipikirkan. Prinsip ini menjadikan penanya tidak serta merta memotong pembicaraan narasumber, kecuali jika narasumber bertele-tele dengan jawabannya.

Menanggapi  kelima  prinsip tersebut, Wilfridus Kanisius Badj, pelajar Sekolah Menengah Atas Katolik (SMAK) Warta Bakti, Kefamenanu menanyakan apakah tidak etis jika penanya memotong pembicaraan narasumber secara tiba-tiba. Sebab menurut Wilfrid, sering narasumber enggan melanjutkan pembicaraan lagi ketika dipotong secara tiba-tiba.

Abdi pun membenarkan bahwa h al seperti itu memang sering terjadi di lokasi maka  penanya melakukan persiapan-persiapan awal sebelum melakukan kegiatan wawancara.

 

(John Laba Wujon)