KOSONG merupakan istilah yang tidak asing di telinga kita atau merupakan kenyataan yang sering kita hadapi. Kita sering menemukan situasi yang kosong, seperti: rumah, almari, dompet, meja makan.
Situasi kosong tidak hanya berkaitan dengan benda mati, tetapi juga bisa dialami oleh manusia. Ada orang yang sering merasakan kekosongan dalam banyak hal, seperti: pikiran, hati, pekerjaan, tatapan matanya, dsb.
Kosong artinya tidak ada isi, berongga, atau hampa, seperti halnya batang kangkung. Dalam bahasa Jawa ada istilah ‘suwung’, artinya kosong atau tidak berpenghuni, misalnya, sebuah rumah.
‘Suwung’ tidak hanya menunjuk kosongnya sebuah rumah, tetapi juga bisa menjadi pengalaman hidup seseorang.
Orang bisa mengalami diri kosong atau ‘suwung’ bukan karena yang bersangkutan tidak punya kesadaran atau gila, tetapi karena mampu mengendalikan diri terhadap berbagai macam keinginan dan nafsu yang tidak teratur.
‘Suwung’ merupakan buah dari olah batin secara terus menerus.
Pengosongan diri
Pengosongan diri seperti ini sesungguhnya merupakan ajaran dan kenyataan yang ditunjukkan Yesus bagi para murid-Nya. Yesus pun mengosongkan diri-Nya dalam banyak hal. Yesus tidak mempertahankan statusnya sebagai Putera Allah, yang agung dan penuh kuasa. Sebaliknya Yesus meninggalkan semua yang menjadi ‘haknya atau miliknya’ sebagai Pribadi yang setara dengan Allah dan rela menjadi manusia; bahkan manusia yang lemah, bersengsara dan menderita.
Pengosongan diri merupakan ajaran yang tidak mudah dilakukan oleh para murid. Kecenderungan umum bukan pengosongan diri, tetapi ‘pemenuhan diri’ dengan berbagai macam perkara, keinginan, ambisi, niat, nafsu, dsb. Banyak murid yang mengisi dirinya dengan berbagai macam pikiran dan gagasan.
Bahkan banyak pula orang yang mengisi dirinya, tidak hanya dengan berbagai macam hal baik dan positif, tetapi juga dengan hal-hal yang negatif, jahat dan tidak baik. Ada saja orang yang dirinya dipenuhi oleh nafsu liar, ambisi dan niat jahat, rasa benci dan dendam serta iri, serta banyak hal jahat lain.
Tidak ada lagi ruang kosong dalam dirinya, sehingga Allah pun tidak punya tempat lagi. Kesediaan untuk mengosongkan diri merupakan kesempatan untuk memberikan tempat yang luas bagi kehadiran dan peran Allah dalam hidup sehari-hari.
Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.
Kredit foto: Memeluk kekosongan (Elephant Journal)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.