KISAH pembunuhan terhadap para misionaris di sepanjang tahun 2018 menjadi catatan kelabu bagi Gereja. Tak kurang, sebanyak 40 misionaris jadi korban pembunuhan di berbagai negara di dunia.
Dilansir dari vatican news, diketahui Meksiko menjadi negara dengan jumlah pembunuhan misionaris terbanyak. Di negara Amerika Latin ini, sebanyak 7 pekerja pastoral dibunuh. Mereka adalah Pastor Ivan Jaimez, Pastor Paroki Las Vigas; Pastor Germain Muniz Garcia, Pastor Paroki Mescala. Keduanya berkarya di keuskupan agung Acapulco. Mereka dibunuh dalam sebuah perjalanan ke negara bagian Guerrero pada 5 Februari 2018.
Lima misionaris lainnya yang dibunuh di Meksiko, yakni Pastor Rubén Alcántara Díaz, Pastor Juan Miguel Contreras García, Pastro Moisés Fabila Reyes, Pastor Miguel Gerardo Flores Hernandez dan Pastor Ícmar Arturo Orta.
Berada di bawah Meksiko, Nigeria menjadi negera dengan jumlah pembunuhan misionaris terbesar kedua. Di negara ini sebanyak 6 tenaga pastoral Gereja dibunuh. Pastor Joseph Gor dan Pastor Felix Tyolaha, keduanya dibunuh dalam suatu perisitwa serangan oleh kelompok garis keras di desa Mbalom, Paroki Santo Ignatius Mbalom pada 24 April. Mereka dibunuh pada saat sedang merayakan misa pagi. Sedangkan, Pastor Michael Akawu, Pastor Stephen Ekakabor, Pastor Jude Egbom, meski dibunuh pada waktu dan tempat, ketiganya dibunuh oleh karena perampokan. Pastor Michael dibunuh pada 18 Agustus, Pastor Stephen pada 23 Agustus.
Kisah pembunuhan tragis juga menimpa Pastor Louis Odudu. Setelah 4 hari berhasil melarikan diri, Pastor Louis akhirnya meninggal di Warri pada 19 September 2018. Ia meninggal di Warri, negara bagian Delta pada 19 September karena aksi pembajakan.
Beberapa negara lain seperti Republik Afrika Tengah (5), Republik Demokratik Kongo (3), Kamerun (3), Sudan Selatan (1), Kolombia (2), Nikaragua (2), Venezuela (1), Ekuador (1), El Savador (1), Peru (1), Filipina (2), India (1), Kenya (1) dan Malawi (1) juga menjadi lokasi terbunuhnya para misionaris.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.