EMUA Kabar Baik yang kita dengar memberi kegembiraan dan menambah energi untuk melakukan berbagai aktivitas. Kaba baik itu indah dan menyukakan. Kita tidak rugi sedikit pun bila membawa kabar baik. Sebaliknya, kabar buruk menguras energi. Kita perlu menentukan sikap, apakah perlu mendengarkan kabar buruk dan hanyut di dalamnya atau mengabaikannya dan memetik hikmahnya untuk mengolah diri lebih lanjut. Kita sering jumpai bahwa tidak sedikit orang yang memiliki tabiat suka menceritakan kabar buruk.
Nabi Yesaya tidak saja tampil untuk memberikan kecaman dan nubuat tentang penghukuman bagi bangsa Israel. Dia tampil untuk mewartakan kabar keselamatan dan kabar gembira yang hendak diberikan kepada bangsa Israel.
Yohanes Pembaptis tampil untuk memberi kabar tentang Terang yang akan menerangi hati semua orang. Terang itu adalah Yesus Kristus sendiri.
Yohanes Pembaptis mengatakan dengan hati yang jujur dan tulus bahwa dia bukan Mesias. Yohanes Pembaptis mengajar dan menginsipirasi kita untuk memberikan kabar yang benar dan tidak menyesatkan.
Kadang kala manusia menempatkan diri sebagai haki bagi sesama. Manusia cenderung membicarakan kelamahan dan keterbatasan sesama, sementara kabar baik yang menggembirakan dan menyelamatkan diabaikan. Semoga kita mampu menjadi pewarta kabar gembira yang siap berbagi tentang Yesus Kristus bagi sesama.
Tuhan, jadikanlah aku pembawa kabar gembira keselamatan bagi sesama. Jauhkanlah aku dari kecenderungan membawa fitnah dan kabar buruk bagi hidup sesama. Amin.
Renungan Harian ini diambil dari Buku “Ziarah Batin 2017”, Diterbitkan oleh Penerbit OBOR, Jakarta
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.