MIRIFICA.NET – Dua buku antologi anak yang disusun siswa sekolah Santo Markus, Cililitan, Jakarta Timur mulai dari TK, SD, dan SMP akhirnya terbit. Kedua buku berjudul “Aku Melihat Pandemi, Sebuah Curahan Hati Anak-anak” ini diluncurkan sehari setelah perayaan Hari Anak Nasional, Sabtu (24/07/2021) secara daring.
Buku yang berisi ekspresi pengalaman selama belajar dari rumah ( BDR) ini terdiri dari berbagai macam karya baik puisi, cerpen, pantun, gambar dan poster yang dikerjakan 318 siswa. Bahkan sampul buku juga diambil dari karya anak-anak ini.
“Kita diajak melihat dunia yang nyata sekarang sedang terjadi, pandemi. Bisa tertuang dalam bentuk, emosi marah, bersyukur dengan memaknainya, menganalisa dengan logika, mengambil tindakan positif, dan membuat strategi bagaimana menghadapinya ke masa depan. Tentu dengan kacamata anak-anak. Membiasakan mereka melakukan hal-hal seperti itu, membuat hidup menjadi penuh makna dan bermanfaat,”ujar Pembina Yayasan Santo Markus yang diwakili Sardjana Harja Utama.
Sejak Agustus 2020, para siswa sudah mulai mengerjakan dan mengumpulkan karyanya pada Desember 2020. Proses editing dikerjakan pada April 2021 dan selanjutnya setelah diproses, akhirnya tercetak pada pada awal Juli 2021.
“Saya bangga dengan ini. Inilah sebagian wujud nyata dari visi sekolah Santo Markus, menjadi komunitas pembelajar. Inilah tempat para siswa berkreasi, menuangkan olah pikir. Saya sudah lama bermimpi bakal muncul wadah kreativitas. Dan yang terjadi justru lebih besar dari yang saya mimpikan. Maka saya ucapkan selamat dan proficiat,”ujar Sardjana di hadapan para siswa TK-SD-SMP Santo Markus yang mewakili juga para alumnus SMP St.Markus beserta pembina, pengurus, orangtua, guru serta narasumber yang hadir secara online lewat platform zoom.
Hadirnya buku Aku Melihat Pandemi tidak lepas dari dukungan dan peran penulis buku cerita anak Wrini Harlindi yang mendampingi proses penyusunan buku.
“Saya sungguh terharu membaca kata demi kata yang dituliskan anak-anak dalam kemurnian jiwa mereka. Di sisi lain, saya takjub dengan kematangan cara berpikir dan pilihan diksi yang mereka buat.”ujar Wrini.
Beberapa tahun ke depan, kata Wrini, bila buku “Aku Melihat Pandemi” kita buka dan baca kembali, akan memberikan gambaran yang nyata dan jelas tentang masa pandemi Covid-19 yang telah lewat. Ini akan menjadi kenangan yang tercatat dan tak akan terlupakan. “Buku ini pantas menjadi salah satu buku yang kita miliki,”ujar Wrini.
Peran Romo Bakker SJ
Karya pendidikan Santo Markus berada di bawah naungan Paroki St.Robertus Bellarminus, Cililitan, Jakarta Timur. Lembaga ini tidak bisa lepas dari peran Romo Robertus Bakker SJ yang di awal tahun 1960 ditunjuk Uskup Agung Jakarta saat itu, Mgr Adrianus Djajasepoetra SJ merintis pendirian paroki baru di daerah Cililitan.
Romo Bakker melihat bahwa keberadaan lembaga pendidikan sangat dibutuhkan umat dan masyarakat di sekitar Cililitan. Lembaga pendidikan ini juga bisa menyemai benih pendirian paroki baru. Atas dasar itu, maka sekolah Santo Markus hadir di lingkungan Cililitan.
Bagi Romo Bakker, seperti tercatat dalam arsip sekolah, pendidikan adalah kebutuhan mendasar bagi setiap anak. Keinginan dan impian Romo Bakker didukung lingkungan sekitar Cililitan. Masyarakat ingin anak-anak mendapat pendidikan yang baik dengan wadah yang tepat. Karena itu, pada 1967, mulai dirintis sekolah Taman Kanak-kanak (TK) di Cililitan.
Kontributor : Ariani
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.