KAUM muda adalah harapan, tunas, bangsa dan gereja. Demikian pernyataan yang sering dilontarkan.Tetapi sebatas itu sajakah kepedulian terhadap orang muda? Tentu saja tidak. Banyak pihak memiliki keprihatinan terhadap orang muda.
Keprihatinan ini bukan hanya sekedar karna nantinya kedepan bangsa dan Gereja ada ditangan orang muda, tetapi lebih dari itu adanya keprihatinan teradap orang muda yang mulai tergerus dan terseret arus zaman.
Kaum muda terjebak dalam konsumerisme. Dunia malam, kelab malam, wisata adalah style anak muda zaman sekarang. Kriminalitas juga telah menjadi dunia orang muda: kasus aborsi, kriminalitas, terjerat kasus narkoba. Sikap apatis dan egoisme menjadi virus yang menggerogoti kaum muda.
Kegiatan akbar ini bertemakan “BANGKIT: BERAKAR DALAM KRISTUS MENUJU ORANG MUDA KATOLIK KEUSKUPAN ATAMBUA”.
Keuskupan Atambua terdiri dari 65 paroki termasuk bakal paroki yang tersebar dalam tiga kabupaten pemerintahan yakni Kabupaten Belu, Kabupaten TTU dan Kabupaten Malaka. Jumlah orang muda dalam keuskupan Atambua terdiri dari ribuan anak muda yang tersebar dalam tiga kabupaten ini.
Dengan jumlah orang muda yang begitu banyak, Orang Muda Katolik Keuskupan Atambua memiliki banyak potensi terpendam. Sering menjadi pertanyaan: OMK unggul secara kuantitatif, tetapi mandeg dan tumpul secara kualitas. Pernyataan miring ini adalah sebuah tantangan sekaligus menjadi sebuah keraguan akan sumber daya manusia yang dimiliki Orang Muda Katolik.
Keuskupan Atambua terdiri dari empat dekenat yakni Dekenat Belu Utara, Dekenat Malaka, Dekenat Kefa, dan Dekenat Mena. Jumlah persebaran orang muda pun ada dalam keempat dekenat. Sebagai keuskupan dengan penduduk mayoritas katolik sebenarnya gereja Keuskupan Atambua sedang ditantang untuk tidak hanya menang dalam jumlah tetapi juga dalam kualitas.
Tantangan terbesar Gereja Keuskupan Atambua adalah bagaimana memacu umat agar sejahtera secara rohani dan ekonomi, mandiri dengan mengedepankan semangat persaudaraan kristiani.
Misi untuk sejahtera dan berdikari tersandung cara hidup umum yang suka berpesta pora, menegak minuman keras, adat yang membebani. Alam yang kering dan tandus serta etos kerja yang minim menambah deretan panjang untuk sejahtera dan mandiri.
Kegiatan ini bertujuan khusus agar OMK dapat terlibat dan merasakan kegiatan Keuskupan Atambua Youth Day, membina persaudaraan dan keakraban OMK dalam wilayah Keuskupan Atambua, mempererat persaudaraan OMK Keuskupan Atambua, dan membangun kerja sama dan relasi pribadi antar OMK dalam wilayah Keuskupan Atambua. Perayaan kegiatan Atambua Youth Day dari tanggal 23 -26 September 2015.
Begitu banyak kegiatan dilaksanakan oleh OMK diantaranya: perarakan salib Keuskupan Atambua Youth Day dari lapangan umum Atambua menuju panggung kegiatan di lapangan Seminari Lalian Nenuk kecamatan Tasifeto Barat Kabupaten Belu provinsi Nusa Tenggara Timur. Setibanya di lapangan Seminari, salib ditahtakan di tenda utama dan dilanjutkan dengan misa pembukaan penerimaan salib serta usai perayaan misa di adakan perkenalan antar OMK. Hari berikutnya, dilanjutkan dengan kegiatan kuliah umum, sharing bersama OMK dan kesaksian, pemutaran video profil OMK, malam pentas seni budaya, info dari KOMKEP KWI(Konferensi Wali Gereja Indonesia), pengakuan pribadi, audiens OMK dan bapak uskup, dan tanggal 26 September 2015 diakhiri dengan perayaan misa penutupan yang dipimpin oleh uskup Atambua Mgr. Dr. Dominikus Saku bersama puluhan imam.
Dalam khotbahnya uskup Atambua mengatakan “Orang Muda Katolik harus bangkit ! Jangan tidur, tertidur ataupun ditidurkan apalagi mati. Anak muda yang tidur dan mati akan hanya menjadi tontonan orang, ditangisi dan diratapi. Anak muda yang bangkit akan menjadi kegembiraan bagi orang lain, bagi keluarga, gereja dan masyarakat”.
Lebih lanjut uskup Atambua menegaskan kita harus belajar dari orang lain tentang apa yang baik dalam kehidupan bermasyarakat dan hidup harus mengandalkan doa mohon campur tangan Tuhan kalau tidak kita jatuh dalam kebinasaan. Orang muda semangatnya membara tapi harapan kecil karna tidak siap diri dalam melakukan sesuatu dan jangan pernah mati tanpa persiapan diantaranya boros waktu, boros energi, buat kegaduhan dalam masyarakat ibarat jenazah yang sedang minta mangsa. Sesudah kegiatan ini OMK harus melakukan banyak hal memperbaharui kehidupan, bangkitlah dan buatlah sesuatu diparokimu, kata uskup perbatatasan Timor Leste ini.
Disela-sela kegiatan Rm. Yoris Samuel Giri, Pr Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Atambua mengatakan prosesi salib Tuhan yang telah berkunjung ke paroki-paroki yang tersebar di wilayah Keuskupan Atambua merupakan kegiatan perdana dalam rangka persiapan OMK untuk mengikuti Indonesia Youth Day (IYD) pada tahun 2016 di Manado yang akan di hadiri oleh Paus Fransiskus.
Salib Tuhan mengingatkan kita pada 100 tahun yang lalu para misionaris eropa datang ke Atapupu sampai ke Timor. Serta terima kasih kepada para peserta karna OMK datang kerna mencintai gereja dan kasih persaudaraan, tandas pastor rekan paroki Stela Maris Atapupu ini.
Simprosius Leki Dasi (KOMSOS Keuskupan Atambua)
Kredit Foto: Mgr. Domi Saku, selebran utama misa penutupan Atambua youth day (Dok. Komsos Atambua)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.