“Dikenal maka disayang, tak dikenal maka tak disayang”, begitulah sebuah pepatah kuno yang sering diucapkan oleh setiap orang saat bertemu dan berkenalan. Meski demikian, perkenalan pertama tak otomatis membuat orang merasa akrab satu sama lain.
Kesan seperti itu dirasakan pula oleh 42 orang muda Katolik, peserta training of trainer. Saat mengawali hari kedua ToT yang dilangsungkan di Wisma KWI Bango, Jakarta Selatan, OMK dari 27 Keuskupan Indonesia dengan antusias kembali memperkenalkan diri satu sama lain.
Dipandu oleh Bernar dari E-Katolik, sesi perkenalan singkat itu sekaligus menjadi pembuka acara hari kedua bertajuk Media Sosial yang Ideal. Selepas momentum perkenalan itu, Bernard langsung mengajak peserta untuk mendiskusikan beberapa pertanyaan terkait orang muda bersosial media.
“Seperti apakah sosial media yang ideal itu?”, tanya Bernard kepada peserta ToT.
Tak hanya itu. Pertanyaan diskusi lainnya juga dilemparkan Bernard kepada Orang Muda yang tampak antusias di awal pertemuan itu. “Tiga kata kunci apa yang paling sering diinginkan dan ditulis di media sosial?”
Untuk menjawabi pertanyaan tersebut, peserta kemudian dibagi ke dalam kelompok. Mulanya satu kelompok kecil terdiri dari 2 orang, seorang pria dan seorang lagi adalah wanita. Kemudian dari kelompok kecil ini peserta diminta untuk membentuk kelompok yang lebih besar lagi. HIngga akhirnya peserta membentuk dua kelompok besar.
Bernard mengatakan bahwa proses diskusi berjenjang itu dilakukan untuk membantu peserta dapat membangun sikap komunikasi, proaktif, dan bersahabat. “Diskusi berpasangan ini awalnya dilakukan sepasang, lalu 2 pasang, 4 pasang, dan seterusnya hingga menjadi dua kelompok diskusi besar”, ujar Bernard.
Soal 3 kata ideal bersosmed dari 2 kelompok besar itu disebutkan kata-kata ideal dalam bersosmed seperti informatif, inspiratif dan beretika paling diinginkan oleh peserta. Bermedia sosial itu harus bisa memberi informasi dan membangun komunikasi,inspiratif dan beretika.
Menurut peserta, dalam bersosial media selain membagikan informasi juga harus tetap beretika. “Beretika, aktif, korektif, komunikatif, interaktif, jujur, peka, waspada, reponsif dan bertanggungjawab merupakan kata-kata ideal yang perlu dimiliki setiap orang.”
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.