MENJADI pelindung bir karena saat ia berubah, hidup dulunya penuh dengan pesta pora, hiburan, dan ambisi duniawi. Lompatan imannya menjadi inspirasi bagi banyak orang yang bertahan melawan kebiasaan jeleknya.
Melanjutkan kisah Sta. Monica, ibunya, kemarin, ia tetap berjuang melawan dosa ketidakmurnian dan kesombongan meski sudah Katolik. Dosa itu menghambatnya memahami Kebenaran Ilahi. Melalui doa kepada Sta. Monica dan kotbah St. Ambrosius, ia akhirnya diyakinkan bahwa iman Katolik adalah iman yang tepat.
Suatu kali, ia mendengar percakapan dua orang yang langsung percaya karena membaca kisah hidup St. Antonius. Ia langsung merasa malu dna berkata kepada temannya, Alipius (dirayakan 15 Agustus lalu), “Apa yang kita lakukan? Orang-orang yang tidak tahupun menerima surga apa adanya. Sedangkan kita, dengan segala pengetahuan ini, sangat ketakutan dan terus berguling-guling dalam lumpur dosa kita!”
Dalam kesedihannya, ia berseru kepada Tuhan, “Berapa lama lagi, ya Tuhan? Kenapa tidak sekarang diakhirilah dosa-dosaku?” Lalu ia mendengar seorang anak bernyanyi, “Ambil dan bacalah!” Berpikir bahwa Tuhan menuntunnya, ia membaca kitab surat St. Paulus. Pandangannya langsung terpana setelah membaca bagian pertama. Tepat seperti yang ia butuhkan, St. Paulus berkata untuk segera menjauhi ketidakmurnian dan hidup serupa dengan Kristus. Sejak itu ia mulai hidup barunya.
Ia dibaptis, menjadi imam, uskup, penulis terkenal Katolik, pendiri beberapa ordo, hidup sangat taat dan murah hati. Di dinding kamarnya, tertulis kalimat besar, “Di sini, kita tidak berbicara tentang yang jahat mengenai siapapun.” Ia mengatasi banyak kesesatan fanatik, dan pernah berseru lagi, “Sudah terlalu terlambat aku mencintai-Mu!” St. Agustinus dari Hippo adalah pelindung pembuat bir.
sumber dan gambar: catholic.org
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.