Beranda KATEKESE Teladan Kita 25 Februari, St. Callistus Caravario

25 Februari, St. Callistus Caravario

SEJAK usia kecil, Callistus dipercaya akan tumbuh sebagai anak yang pandai. Secara sendirinya, ia hidup dalam doa dan sangat mencintai ibunya (dibuktikan dari banyaknya surat yang ia tulis untuk sang ibu). Ia masuk novisiat dan menjadi seorang imam Salesian.

Ia bersedia diutus ke Tiongkok untuk mewartakan sabda Tuhan. Di situ ada sepucuk surat yang ia tulis untuk ibunya: “Ibu, ini berita yang akan membuatmu sangat gembira: Pagi ini saya memberi katekese pertama di Tiongkok.”

Ia kemudian diutus ke Macau, dan dua tahun menjadi misionaris di Timor. Ia menulis lagi memohon doa dalam suratnya: “Ibu, doakan Callistusmu supaya tidak menjadi imam yang setengah-setengah.”

Callistus kembali ke Tiongkok, tepatnya di Shiuchow. Ia mengunjungi semua keluarga di sana, dan mendapat tempat di hati anak-anak sekolah sekitar. Tidak lama, mulailah penangkapan pengikut Kristus dan misionaris asing.

Dalam sebuah kunjungan pastoral ke Linchow bersama uskup dan beberapa anak sekolah didikan Callistus, bajak laut menghadang. Mereka ingin menyandera anak-anak perempuan, tapi dicegah oleh sang uskup dan Callistus. Mereka disandera paksa dan ditembak mati. Sebelum dibunuh, mereka diizinkan saling mengaku dosa.

sumber: disadur dari catholic.org

kredit gambar: qoccatholic.org