DERAP langkah 2619 orang pramuka penggalang, didampingi oleh para pembina pendamping, tim service, pramuka penegak terasa mengguncang Bumi Perkemahan Coban Rondo, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang sejak 19 – 26 Juni 2014 yang lalu.

Selama sepekan lebih, Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK) menggelar jambore akbar bertajuk Pekan Kekerabatan (PK) X bertema “Satu dalam Keberagaman.”

Ada pun pemilihan tema ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kita semua adalah satu walaupun berbeda-beda; baik suku, agama, dan bangsa. PK dilaksanakan setiap dua tahun sekali untuk pramuka golongan penggalang, penegak dan pembina secara bergantian.

Delegasi PK datang dari tujuh Keuskupan Agung (Jakarta, Semarang, Palembang, Ende, Kupang, Pontianak); juga dari delapan Keuskupan (Malang, Denpasar, Tanjung Karang, Surabaya, Bandung, Bogor, Purwokerto, Palangkaraya, Banjarmasin) dan tiga Kevikepan (Daerah Istimewa Yogyakarta, Kedu, Surakarta). Mereka datang melalui TKK MPK (Tim Kerja Kepramukaan Majelis Pendidikan Katolik) dan masing-masing ikut berkontribusi dalam kegiatan tersebut.

Selama delapan hari berturut-turut dan tanpa kenal lelah kelompok-kelompok regu penggalang yang dibagi ke dalam 5 kampung (Nebo, Sinai, Golgota, Tabor dan Karmel) mengikuti beragam kegiatan yang digelar.

Vikjend Keuskupan Malang RD. J.C. Eko Atmono didampingi oleh 12 imam mempersembahkan Misa Pembukaan pada hari pertama, Kamis, 19 Juni 2014. Usai Misa, malam harinya para peserta PK X disuguhi welcome party di lapangan utama.

Upacara pembukaan PK X digelar pada hari kedua, Jumat pagi, 20 Juni 2014.

Kakwarnas Gerakan Pramuka mantan Menpora Adhyaksa Dault memberikan apresiasi positif dan pujian terhadap keberadaan lembaga pendidikan Katolik di Indonesia. “Saya salut, sejak dahulu MNPK yang menaungi lembaga-lembaga pendidikan Katolik di Indonesia selalu mengutamakan disiplin dan hal ini patut kita contoh.”

Berbaris Menjadi Kegiatan Rutin Sebelum dan Sesudah Acara

Warna-Warni Nusantara
Para peserta PK X kali ini sangat beruntung karena setiap malam mulai pukul 19.00 WIB dapat menikmati Pentas Budaya Nusantara di panggung utama. Beragam penampilan seni (tari, vokal, drama) tampil secara bergantian sesuai dengan jadwal yang telah disusun oleh panitia.

Selain itu, sejak Jumat siang, 20 Juni 2014, di Market Area juga digelar Festival Kuliner Nusantara yang menjadi salah satu acara yang ditunggu-tunggu oleh para peserta PK X. Melalui kegiatan tersebut para peserta dapat mencicipi makanan khas dari berbagai daerah secara cuma-cuma sembari belajar kesenian khas dari beberapa daerah peserta PK X.

Stand Keuskupan Banjarmasin memamerkan kerajinan anyaman rotan dan memberikan pelajaran menganyam rotan kepada pengunjung yang berminat.

Stand Keuskupan Bandung menyajikan peuyeum (tape singkong), sedangkan stand Keuskupan Malang menampilkan pertunjukan gamelan dan melibatkan para pengunjung untuk menarikan tari topeng Grebeg Sabrang, yang akan ditarikan secara massal pada acara penutupan PK X.

Stand Keuskupan Agung Ende menyuguhkan makanan khas yang terbuat dari gula, tepung beras dan kelapa yang bernama rebok dengan rasa yang gurih. Selain itu ada juga sambal khas Flores yang terbuat dari campuran biji wijen dan cabe kering yang ditumbuk halus dan berwarna kecoklatan.

Pramuka Ondel-ondel Ikut Beraksi Saat Defile

Sedangkan stand Keuskupan Denpasar banyak menarik perhatian pengunjung dengan makanan khasnya yang bernama iwel, berbentuk persegi panjang dan terbuat dari ketan hitam. Sementara, stand Keuskupan Agung Palembang menyajikan pempek, kue engka, krupuk kemplang dan kue matsuba.

Memanjakan Peserta PK X
Selama PK X, digelar beragam kegiatan yang bersifat pelatihan, seminar, rekreasi, seni budaya dan ketrampilan kepramukaan. Salah satu kegiatan yang bertujuan menempa mental para peserta PK X adalah hiking dengan melakukan pendakian di Gunung Panderman yang terletak pada ketinggian 2.045 mdpl.

Para peserta terlihat begitu bersemangat, meskipun medan yang harus dilalui cukup berat dan menguras tenaga.

Sedangkan kegiatan bivac diselenggarakan di jogging track kawasan Coban Rondo pada waktu yang hampir bersamaan. Dalam kegiatan ini, para peserta diberikan pembekalan untuk dapat bertahan hidup di alam terbuka, dengan memanfaatkan segala sarana yang ditemukan di sekitarnya.

Para peserta PK X juga secara bergiliran berwisata ke Eco Green Park dan Jawa Timur Park 2 yang menjadi andalan Kota Batu, Malang. Kelengkapan aneka satwa dari berbagai penjuru dunia menjadi nilai plus keberadaan obyek wisata ini, diantaranya beragam mammalia, reptil, burung, ikan dan hewan amphibi. Para peserta mengunjungi pasar seni yang menjual aneka macam suvenir khas Malang, melihat berbagai jenis binatang, juga dimanjakan dengan berbagai wahana permainan, di antaranya: horror house, tsunami dan flying octopus.

Ada pula kegiatan yang bernama Scouting Challenge (Tantangan Kepramukaan) dan Scouting Skill (Teknik Kepramukaan).

Pramuka Water Tank Yang Seru di Songgoriti

Para peserta PK X juga dibekali wawasan tentang keanekaragaman agama di Indonesia, kegiatan SAKA (Satuan Karya), dan mengikuti kegiatan menarik di wahana Global Development Village. Di sini para peserta diajak untuk memahami berbagai isu tentang lingkungan hidup melalui demonstrasi teknologi ramah lingkungan.

Ceramah Lintas Agama, Kegiatan SAKA dan Global Development Village

Untuk memberikan wawasan tentang keanekaragaman agama di Indonesia, panitia PK X menggelar ceramah lintas agama yang harus diikuti oleh seluruh peserta secara bergiliran sesuai dengan kampung masing-masing. Dalam kesempatan ini, terdapat 3 stand yaitu stand agama Katolik, agama Islam, dan agama Hindu.

Pramuka Melatih Kerjasama Kelompok

Selain itu, dalam rangka mempersiapkan para pramuka penggalang untuk memasuki jenjang penegak, panitia memberikan pengetahuan tentang aneka macam SAKA (Satuan Karya) yang ada, antara lain: Saka Dirgantara, Saka Wana Bakti, Saka Bhayangkara dan Saka Bahari, ditambah materi khusus dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Sedangkan pada wahana Global Development Village, para peserta diajak untuk memahami berbagai isu tentang lingkungan hidup melalui demonstrasi teknologi ramah lingkungan. Pada stand-stand yang ada, para peserta secara berkelompok belajar mengenai tatacara pembuatan kompos, membuat kreasi seni dari media sampah rumah tangga, membuat wayang suket (bahan rumput kering) dan mengenal teknik pemurnian air secara sederhana. Di bagian lain, peserta juga diajari cara membuat boneka flanel, scarpbook wayang dan teknik robotik sederhana.

Kepekaan hati melalui baksos

Dalam PK X para peserta sesuai kampung masing-masing secara bergiliran mengikuti kegiatan aksi sosial dan penjualan sembako murah di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Malang. Dalam aksi sosial, para peserta melakukan kegiatan kebersihan di sekitar lingkungan desa setempat. Sedangkan penjualan sembako murah dilakukan di balai desa dan ditujukan bagi warga desa melalui penukaran kupon yang sebelumnya telah dibagikan oleh pihak panitia PK X. Selain itu, dilakukan pembagian pakaian layak pakai dan buku-buku bekas secara gratis kepada warga desa yang berminat.

Usai beristirahat siang, para peserta kemudian dibawa ke lokasi Surga Air di kawasan Songgoriti. Di sini setiap regu disatukan ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengikuti beberapa jenis game di beberapa lokasi yang berbeda, antara lain: mendayung, bridge, rakit ban dan water tank. Meskipun cuaca cukup dingin, namun tidak mengurangi antusiasme para peserta untuk bermain dengan air melalui aneka macam game yang digelar.

Pramuka Mengasah Kepeduliaan Sejak Dini Melalui Baksos

Sulawesi dan Papua
Rabu sore, 25 Juni 2014 digelar Misa Penutupan pada pukul 17.00 WIB yang dipimpin oleh RP. Yuki Hartadi, CDD selaku Ketua MPK Keuskupan Malang, didampingi oleh 12 orang pastor. Malam harinya digelar pentas budaya nusantara, dan ditutup dengan tarian massal Grebeg Sabrang yang diikuti tak kurang dari 3.000 orang para peserta PK X.

Setelah gamelan berbunyi, para peserta PK X segera mengenakan topeng masing-masing dan langsung mengikuti lemah gemulai gerakan tarian ini. Adegan ini hendak menggambarkan barisan prajurit atau pasukan yang berangkat menunaikan titah sang raja, ibarat pramuka yang harus menjalankan titah dengan mengamalkan Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka.

Pada hari Kamis, 26 Juni 2014, tepat pada pukul 08.00 WIB dimulai defile dari masing-masing kampung yang dilanjutkan dengan upacara penutupan kegiatan PK X. Dalam sambutan singkatnya, Antonius Daud selaku Ketua TKK Majelis Nasional Pendidikan Katolik memberikan apresiasi hangat atas terselenggaranya PK kali ini, dimana pada pelaksanaan kali ini telah mampu menjangkau wilayah Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur.

Pramuka misa setiap hari

“Saya berharap, dalam pelaksanaan Pekan Kekerabatan selanjutnya, peserta dari wilayah Sulawesi dan Papua dapat bergabung,” ucap Antonius Daud sesaat sebelum melakukan pemukulan gong tanda berakhirnya PK X secara resmi.

Pada tahun 2016 mendatang, TKK MPK Keuskupan Agung Semarang mendapat mandat untuk melaksanakan Temu Pembina III, sedangkan pada tahun 2018 TKK BKS Kevikepan Surakarta menjadi tuan rumah pelaksanaan PK XI yang diikuti oleh pramuka golongan penegak.

Kredit foto: Suasana Pekan Kekerabatan Pramuka Katolik (Dok. Agus Puguh Santosa)