Ilustrasi (Ist)

Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sebagai Citra Allah adalah kehendak Allah. Tapi dalam praktek kehidupan sehari-hari, sering berbeda dengan rencana Allah. Butuh kesadaran yang harus dimulai dari keluarga untuk mempraktekkan kesetaraan.

HARGAI SETIAP PEKERJAAN

Setiap jenis kerja adalah sama pentingnya. Kerja rumah tangga dan kerja kantor memiliki nilai yang setara dalam menunjang keberlangsungan hidup keluarga. Namun kerja rumah tangga seringkali dianggap remeh dan menjadi tanggung jawab perempuan saja. Bukankah pekerjaan merawat anak-anak , dan segala macam kerja rumah tangga adalah bagian dari karya merawat dan mengembangkan kehidupan? Tuhan pasti tidak bermaksud bahwa pekerjaan tersebut hanya untuk kaum perempuan. Jika jumlah jam kerja rumah tangga dihitung secara profesional maka nilai rupiah yang harus dibayarkan menjadi dua kali lipat dari UMR. Dalam Kampanye Kesetaraan Perempuan dan Laki-Laki sebagai Citra Allah, Suami-Isteri, dan anak-anak diajak untuk berbagi peran dalam melaksanakan kerja rumah tangga. Lewat kerja rumah tangga, anggota keluarga saling melayani dan belajar mengharagai pekerjaan Rumah Tangga.

HARGAI PASANGAN & ANAK

Tuhan menciptakan laki-laki, ketika Dia menjadi perempuan dari tulang rusuk manusia. Penciptaan dari tulang rusuk tidak dapat menjadi alasan untuk merendahkan perempuan dan menempatkannya di bawah laki-laki.

Perjalanan hidup berkeluarga pada umumnya penuh dengan tantangan. Menghargai pasangan dan anak adalah  salaah satu  kunci yang membuat keluarga tetap mampu bertahan menghadapi segala tantangan. Untuk menguat saling menghargai  antar anggota keluarga maka kami mengajak keluarga-keluarga membiasakan mempraktekkan 3 bahasa cinta dalam kehidupan sehari-hari di dalam dan di luar rumah. Ketiga bahasa cinta itu adalah, TERIMA KASIH, MINTA TOLONG, DAN MINTA MAAF. Maaf adalah kata sakti yang perlu dibiasakan dalam komunikasi sehari-hari dengan pasangan dan anak sebagai wujud saling menghargai.

PUASA GADGET UNTUK DIALOG KELUARGA

Keluarga di era digital menghadapi tantangan yang beragam. Salah satunya dalah sulitnya terjalin komunikasi yang berkwalitas dalam keluarga, karean masing-masing sibuk dengan HP dan gadgetnya. Maka dalah gerakan bersama ini, Sekretariat Gender KWI mengajak keluarga-keluarga untuk menyisihkan waktu guna mengadakan dialog di dalam keluarga. Untuk itu, dianjurkan setiap anggota keluarga dapat meluangkan satu hari dengan berpuasa HP atau Gadget.

TENTANG 16 HARI KAMPANYE ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

Kampanye 156 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 Days of Activism Against Violence ) adalah kampanye Internasional gender. Kampanye ini dimulai pada tanggal 25 November yang bertepatan dengan Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan sampai dengan 10 Desember sebagai Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional. Pemilihan tanggal ini sebagai strategi untuk menghubungkan antara kekerasan berbasis gender sebagai pelanggaran hak asasi manusia.

Indonesia adalah salah satu dari 192 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menandatangani berbagai dokumen konvensi Internasional yang artinya bersedia untuk mengadakan berbagai upaya untuk memperbaiki kualitas hidup warganya. Sembilan konvensi sudah ditandatangani bahkan diratifikasi dalam undang-undang oleh Negara dan semua pihak yang bersentuhan langsung dengan masyarakat khususnya perempuan dan anak.

Gereja, ahli dalam kemanusiaan, mempunyai minat abadi terhadap apapun yang menyangkut laki-laki dan perempuan. Setelah Konsili Vatikan II, ajaran-ajaran Gereja senantiasa menekankan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan setara menurut citra Allah (Bdk. Kej 1:26-27). Perbedaan laki-laki dan perempuan dikehendaki Allah karena mempunyai makna yang dalam dan tujuan yang khas, yakni untuk mengembangkan kehidupan. Laki-laki dan perempuan diciptakan untuk saling melengkapi dan memperkaya serta dipanggil untuk membangun relasi yang penuh kasih (Surat Gembal KWI Tahun 2004).

Dengan tema kampanye tahun 2017 “Kedamaian di Rumah Membawa Kedamaian Dunia”  (From Peace in The Home to Peace in The World: Make Education Safe for All), kami mengajak seluruh umat beriman untuk ikut terlibat dalam kampanye di Keuskupan, Paroki dan Lingkungan sesuai dengan konteks permasalahan yang dihadapi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenai kekerasan berbasis gender sebagai isu HAM; meningkatkan kerjasama untuk mengupayakan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak; menunjukkan solidaritas kelompok perempuan sedunia dalam melakukan upaya penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.

Artikel ini dikirim oleh Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan (SGPP) Konferensi Waligereja Indonesia