Beranda KWI Apa Perlunya Pastor Belajar Komunikasi?

Apa Perlunya Pastor Belajar Komunikasi?

KOMUNIKASI merupakan sarana penting dalam public speaking. Para pastor, katekis, guru, biarawan-biarawati sebagian besar karyanya bertindak sebagai komunikator. Sebagai komunikator, tugas utamanya memengaruhi orang lain. “Apalagi Anda yang berprofesi sebagai guru, pastor. Semuanya menjalani proses memengaruhi orang lain,”ujar pakar komunikasi Errol Jonathans pada pelatihan public speaking, di Aula Lux ex Oriente Katedral Sorong, Papua Jumat (15/5/2015).

Karena itu, siapa saja yang aktivitasnya setidaknya seminggu sekali bertemu dengan banyak orang perlu balajar bagaimana berkomunikasi yang baik. Entah bagaimana caranya, semua upaya komunikasi mengarah pada memengaruhi orang lain. Hanya saja, menurut Errol, kadang kita menghadapi situasi sulit. Pihak yang satu tidak memahami satu sama lain. Satu bicara “You never listen to me.” Sementara satunya lagi bilang “You never say Anthing.” “Dalam kasus ini, komunikasi memang berjalan, namun tidak efektif,”tegas Errol.

Komunikasi pada dasarnya merupakan pesan pesan yang diterima dan bukan yang diharapkan untuk diterima. Akan efektif bila apa yang dikatakan ditangkap sama oleh yang menerima. Karena itu, setidaknya ada 4 elemen komunikasi, yakni pikiran, verbal, pendengaran, dan non-verbal. Pikiran yang tidak dirumuskan dengan disampaikan dengan baik, tentu saja tidak akan bisa diterima dan sampai ke orang lain. Agar bisa berkomunikasi dengan baik, menurut Errol kita perlu tahu efek elemen-elemen komunikasi.

Bunyi, menurut Errol jauh lebih berpengaruh daripada tulisan. Malah orang bahkan lebih tersentuh lewat suara atau omongan. Sering pula, kalau ada umpatan atau sumpah serapah, omongan terasa lebih menyakitkan daripada tulisan. “Makanya provokasi yang paling sukses adalah omong langsung. Misalnya kisah perang 10 November yang akhirnya menjadi hari pahlawan. Perang yang dikatakan paling lama dan paling sulit juga paling besar dalam catatan sejarah di dunia menurut negarawan dan politikus Prof. Roeslan Abdulgani ini terjadi akibat pidato Bung Tomo,”papar Errol.

Jadi, bila komunikator mampu memanfaatkan kelebihan dan kekurangan elemen ini, maka komunikasi bakal makin efektif.

Pelatihan public speaking ini merupakan bagian kegiatan dalam Pekan Komunikasi Sosial Nasional-Konferensi Waligereja Indonesia di Keuskupan Manokwari – Sorong, Papua dan dihadiri 77 peserta yang terdiri dari biarawan dan biarawati, pastor, frater dan katekis.

Keterangan foto : Errol Jonathans sedang menyampaikan paparan tentang cara komunikasi yang baik (Foto : Dok.KWI)